Mohon tunggu...
John Patanisia
John Patanisia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Identitas Patanisia terdahap Thailandia

3 Februari 2016   20:24 Diperbarui: 5 Mei 2016   20:59 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Referensi;

1. Patani atau Pattani; Patani (dengan satu “t”) adalah ejaan dalam konteks sejarah awal dan kepercayaan Melayu-Muslim, nama tersebut juga merujuk kepada nama Kerajaan Melayu Islam Patani. Kini nama Patani telah diubah ke dalam ejaan Thailand dengan nama Pattani (memakai dobel ‘t’), dan merupakan nama sebuah provinsi di Thailand Selatan. Kutipan dari; Laporan Bulanan, Lembaga Kajian Syamina, Edisi VIII Januari 2014. hlm 16.

Ada perebutan aksen dalam penggunaan kata “Patani” antara orang-orang Thai dan orang Melayu di tiga provinsi yang bergolak ini. Aksen Thai menggunankan dobel tt (Pattani) sementara kaum Melayu menggunakan satu “t” (Patani). Dalam naskah ini akan menggunakan Patani dengan satu “t”. Diulasakan oleh; Ahmad Suaedy, Dinamika Muslim Mencari jalan Damai: Peran Civil Society Muslim di Thailand Selatan dan Filipina Selatan, (Jakarta: The Wahid Institute, 2012). hlm. 1.

2. Hudson Meadwell, “Forms of Cultural Mobilization in Québec and Brittany, 1870-1914,” Comparative Politics 15, no. 4 (July 1983), 401-417.

3. Peter Chalk, “Separatism and Southeast Asia: The Islamic Factor in Southeastern Thailand, Mindanao, and Aceh,” Studies in Conflict & Terrorism 24 (2001): 241-269 dan 259.

4. Will Kymlicka. Multicultural Citizenship: A Liberal Theory of Minority Rights. (Oxford: Oxford University Press, 1995), 63.

5. Anthony D. Smith, National Identity, (Nevada: Nevada University Press, 1991), 19-42.

6. Ibid.,hlm 143-144.

7. Benedict Anderson, Imagined Communities; Reflections on the Origin and Spread of Nationalism (Manila: Verso, 2004), Edisi Revisi.

8. Anthony Smith, National Identity, 145-150.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun