Mohon tunggu...
John Samneokos
John Samneokos Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelayanan Tuhan, calon imam, berkarya dalam hidup.

-Menulis dan kerja - Pendiam -senang mempunyai karya- karya dalam hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Arti Sakramen Ekaristi dalam Kristologi Agama Kristen Katolik

11 Desember 2024   23:54 Diperbarui: 12 Desember 2024   12:50 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto uskup dan  imam katolik merayakan Ekaristi.Sumber: komsos keuskupan Agats-Asmat(https://komsos.keuskupanagats_Asmat.com.id).

3. Kehadiran Nyata dalam Rupa Roti dan Anggur

Kehadiran Kristus nyata dalam rupa roti dan anggur di dalam perayaan Ekaristi. Hal ini dimungkinkan karena adanya peranan imam di dalam Ekaristi yang mengkonsekrirkan roti dan anggur dalam Ekaristi. Roti dan anggur dalam perayaan Ekaristi menjadi simbol diri-Nya. Kristus yang kembali hadir di tengah-tengah umat. Namun, bukan hanya sekedar menjadi simbol, melalui peristiwa transsubstansiasi, roti dan anggur yang ada dalam Ekaristi menjadi sungguh-sungguh dan nyata (realiter), serta bersifat esensial (substansial).

Ajaran mengenai kehadiran nyata (realis praesentia) ini tertuang di dalam konsili Trente (1545-1563). Dalam Trente, dijelaskan bahwa Kristus dihadirkan secara penuh dalam roti dan anggur Ekaristi. Kehadiran-Nya ini bersifat sungguh-sungguh nyata (realiter) dan bukan hanya sekedar simbol maupun tanda seperti yang diyakini oleh para reformator.

Sehubungan dengan realis praesentia, Trente menyampaikan juga ajaran tentang transsubstansiasi, yang menunjukkan bahwa bukanlah dua hakikat yang berada bersama melainkan telah menjadi sehakikat. Rumusan transsubstansiasi menunjuk pada perubahan hakikat roti dan anggur walaupun secara aksiden tampaklah wujud fisik dari roti dan anggur. Trente menekankan bahwa orang menerima Kristus secara rohani dan secara sakramental karena roti dan anggur tidak hanya bersifat simbolis tetapi telah benar-benar menjadi Tubuh dan Darah Kristus (Denzinger, 1854:190-191).

Dalam Konsili Vatikan 2, Sacrosanctum Concilium menggunakan kata "mengabadikan" pada korban salib. Kata "mengabadikan" ini menunjukan adanya perayaan dan kenangan untuk memperingati korban salib tersebut. Lebih lanjut, terdapat kata "Kristus disambut" yang mengungkapkan bahwa Kristus hadir secara nyata dalam rupa roti dan anggur dalam setiap perayaan Ekaristi yang dilangsungkan (SC 47). Selain itu, dalam SC 7 dinyatakan bahwa Kristus yang sama, yang telah mengorbankan diri di kayu salib, juga yang hadir dalam kurban misa. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir dalam sakramen-sakramen sedemikian rupa. Hal ini menekankan Ekaristi sebagai kurban.

4. Penebusan dan Penyelamatan Umat Manusia

Ekaristi sebagai perayaan dan kenangan, di mana Kristus mempersembahkan diri-Nya dan hadir nyata dalam roti dan anggur mengandung buah-buah yang dapat dicapai oleh seluruh umat Gereja. Buah-buah yang dapat diterima dari Ekaristi sebagai korban salib yang terutama adalah penebusan dan keselamatan. Pengorbanan Yesus di salib menjadi penebusan dosa manusia dan kebangkitan-Nya memberikan jaminan keselamatan kepada kita. Dengan merayakan Ekaristi, kita ikut mengambil bagian dalam perjamuan kudus di surga, sebagaimana yang termuat dalam SC 8: "Dalam Liturgi di dunia ini kita ikut mencicipi Liturgi sorgawi, yang dirayakan di kota suci Yerusalem, tujuan peziarahan kita." Dengan demikian, karya keselamatan Allah tidak terhenti hanya pada zaman Yesus, tetapi terus berlanjut sampai saat ini.

Pengorbanan Yesus tidak pernah sia-sia. Karena pengorbanan-Nya umat dipersatukan menjadi satu jemaat Gereja yang melalui peran imam, umat dihantar kepada peristiwa pengenangan korban salib yang membawa penebusan dan penyelamatan bagi umat manusia. Kehadiran-Nya secara nyata dalam roti dan anggur menjadi bukti bahwa Ia tidak pernah meninggalkan kita. Sejak pada malam perjamuan terakhir bersama para murid-Nya (1 Kor 11:23-25; Mat 26:26-29; Mrk 14:22-25; Luk 22:15-20) hingga pada saat ini. Dan dengan menyantap Tubuh dan Darah Kristus kita dibawa kepada kehidupan baru. Dengan demikian santapan Ekaristis menjadi jembatan yang menghadirkan kebersamaan dan kesatuan kita bersama Allah sampai selama-lamanya.

Penutup 

Sakramen Ekaristi dalam unsur Kristologi merupakan sumber dan puncak seluruh kehidupan umat kristiani. Karena Yesus Kristus diyakini sebagai pusat iman dan keselamatan. Tuhan hendak menyelamatkan kehidupan umat-Nya dari keberdosaan dan memberikan perjanjian abadi yang akan memberikan kembali jalan kebenaran untuk memperoleh keselamatan. Manusia membutuhkan keselamatan dari Allah dan keselamatan itu telah dinyatakan melalui Yesus Kristus. Satu-satunya jalan keselamatan hanya ada pada Tuhan Yesus yang telah dinubuatkan sebelumnya dan Allah menyatakan keselamatan itu sebagai suatu anugrah melalui panggilan pertobatan manusia dengan menerima keselamatan yang dinyatakan Tuhan Yesus dalam kehidupan manusia. Jadi itulah arti dan makna Ekaristi sebagai sakramen di dalam unsur Kristologi bagi agama kristen katoolik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun