Fajar masih molor di tengah peraduannya. Bunyi jangkrik masih terdengar di persawahan. Pukul 02,00 WIB, seorang wanita muda bangun dari mimpi indahnya. Ia mesti bersiap menyiapkan "senjata tempurnya" dini hari itu. Kuas dan produk make up ia bersihkan dan masukkan ke dalam koper andalannya. Setelah itu ia membersihkan diri dengan siraman air dingin. Pagi ini ia harus berangkat ke Cangkringan, Sleman. Dari Sewon jarak tempuh yang ia capai lebih kurang 20-an kilometer. Pagi ini berbeda. Ia ditemani seorang pria berkacamata menuju tujuannya. Tepat pukul tiga seperempat, mereka berangkat.
Make Up Artist (MUA) atau dalam bahasa Indonesia disebut seniman tata rias adalah pekerjaan yang membutuhkan skill memadu padankan produk dan alat make up untuk merias wajah seseorang sesuai dengan kebutuhan klien. Profesi ini dibutuhkan dalam berbagai acara penting seperti pernikahan (wedding), tunangan (engagement), wisuda, pesta, dll. MUA dikenal sebagai seseorang yang siap sedia merias wajah klien agar semakin cantik/tampan dan memesona selama acara penting klien berlangsung. Seseorang yang menggunakan jasa MUA pasti ingin acaranya dikenang sebagai salah satu fase terbaik dalam hidup mereka. Di sinilah seorang Make Up Artist (MUA) menjawab keinginan itu.
Diahelf Make Up Artist adalah salah satu MUA asal Jogja yang turut serta mengabadikan kenangan indah kliennya dengan sentuhan istimewa dari kuas dan produknya. Futa, begitu ia akrab disapa sudah menjalani profesi sebagi freelance Make Up Artist sejak SMA. Berawal dari kesukaan mengoleksi sisa alat make up bekas tetangganya seperti bedak, jiwa seorang Make Up Artist tumbuh dari seorang gadis kecil berusia 5 tahun. Pada waktu itu ia sering didandani tetangganya dan mempunyai palet berbentuk love sendiri. Sejak kelas 3 SD ia sudah menggunakan body lotion seharga 3 ribu rupiah yang ia sisihkan dari uang saku mingguannya sebesar 7 ribu rupiah.
Kesukaan merawat diri semakin terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Ketertarikan dengan lawan jenis juga menambah semangatnya untuk terus rajin merawat diri. Cie-cie-cie. Sampai pada SMA, keinginan untuk terjun di dunia make up semakin menyala. Dia rajin membantu make up dalam acara pentas seni, paduan suara, tari, dll di SMA-nya. Ketika wisuda ia pun sudah merias wajahnya sendiri dengan bantuan sang ibu yang menata rambut putri kesayangannya (hair do). Akhirnya, setelah wisuda SMA, dia mempunyai alat make up-nya sendiri yang cukup lengkap.
Pada masa seragam putih abu-abu inilah ia mendapatkan klien pertama. Klien pertamanya yaitu adik kelas SMA-nya yang melangsungkan wisuda. "Respons klien waktu itu, ya bilang cantik", ingatnya saat itu. Sedikit demi sedikit Futa pun rajin belajar dari beauty vlogers mulai dari cara memasang tarif hingga tips membeli produk make up. Mba Jatu MUA adalah salah satu sosok yang menginspirasinya sampai saat ini.
Masa-masa awal kuliah Futa diisi dengan membikin konten make up di YouTube. Feed Instagram juga jadi wadah untuk portofolio dirinya. "Waktu itu isi feed-ku, ya mukaku sendiri," ujarnya. Pernah melakukan promosi melalui platform lainnya seperti Facebook, tetapi tidak semulus Instagram. Ketika masa kuliah ini juga ia rajin mengikuti beauty class dengan modal pertama kali 175 ribu rupiah kala itu. Kegagalan dalam membuat alis menyadarkannya bahwa ia masih butuh ilmu untuk menambah kemampuannya. Â
Sistem booking order yang ia terapkan pertama kali hanya menggunakan DM Instagram lalu berkembang dengan link yang ia taruh di bio Instagram @diahelf.makeup yang dikelolanya saat ini. Pertanyaan umum yang pertama kali Futa ajukan dengan kliennya berkutat pada tanggal berapa make up, pukul berapa, dan acara apa. Dia bukan tipe yang begitu getol mengejar klien. "Kalau ga cocok sama price list, ya brati belom jodoh", tandasnya. Mayoritas klien yang ditanganinya cenderung ingin dirias dengan natural look. Banyak klien yang merasa sentuhan tradisional terlalu tebal, depul, dan merona.
Dalam menangani klien ia berusaha memahami kebutuhan tiap kliennya. Tak lupa ia selalu memastikan jenis kulit wajah tiap klien agar produk yang digunakan nanti efektif dan sesuai request klien. Biasanya para klien juga berkonsultasi perihal produk, hair do, bahkan sampai sepatu. Pernah ia harus menyediakan aksesoris yang mana waktu itu Futa harus mencarinya agar sesuai dengan keinginan klien.
Model home service masih ia gunakan sampai saat ini karena lebih memudahkan klien. Selain itu ia pun belum memiliki tempat make up sendiri. "Biasanya aku hitung biaya transport dari jarak per 10 kilometer", katanya. Dia terbiasa mendatangi kliennya selama itu masih mudah dijangkau dengan kendaraan bermotor. Dengan begitu, layanan yang ia tawarkan sudah masuk dalam kategori full service. Klien menunggu di rumah, Diahelf MUA mendatanginya lengkap dengan alat, produk, dan jasa make up.