Minyak bumi adalah sumber energi tak terbaharukan yang sangat melekat dengan manusia. Total konsumsi dunia tercatat mencapai 88,48 juta bph. Kehadiaran minyak bumi membantu manusia dalam hidupnya, misalnya : sebagai bahan bakar kendaraan, pembangunan jalan, keperluan industri, dan memasak.Â
Selain itu, listrik yang digunakan untuk mengisi daya alat elektronik juga sebagian berasal dari minyak bumi. Dilansir dari laporan statistik PLN, terhitung sepanjang 2021, PLN menggunakan bahan bakar minyak sebanyak 3,09 juta kiloliter untuk menghasilkan listrik. Sebegitu pentingnya minyak bumi bagi dunia sampai-sampai minyak bumi disebut sebagai emas hitam. Lalu apa jadinya jika harga minyak bumi dunia tinggi?
Harga minyak bumi memang masih belum stabil sampai hari ini. Sering kali harga minyak bumi naik, sering kali juga turun. Sialnya, di tahun 2022 ini harga minyak bumi terus meroket dari tahun sebelumnya. Minyak bumi terus mendaki dari awal tahun tepatnya pada bulan Januari 2022. Dilansir dari laporan statistic OPEC, harga minyak bumi di bulan Januari 2022 naik menjadi USD 85,24 per barel, dari sebelumnya di bulan Desember 2021 tercatat hanya USD 74,38 per barel. Kenaikan harga itu terus terjadi dan puncaknya ada di bulan Juni 2022, harga minyak bumi tercatat seharga USD 117,72 per barel. Memang tanggal 1 September 2022, harga minyak bumi turun jadi USD 98,27 per barel. Namun harga itu masih termasuk tinggi dibandingkan dengan tujuh tahun sebelumnya.
Kenaikan harga ini memicu inflasi di dunia. Indonesia menjadi negara yang terdampak dari kenaikan harga minyak bumi. Dilansir dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kenaikan harga minyak bumi mempengaruhi APBN Indonesia. Untuk setiap kenaikan harga USD 1 per barel berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar Rp 1,47 triliun, minyak tanah sebesar Rp 49 miliar, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp 2,65 triliun. Kenaikan harga ini juga memicu kenaikan harga BBM dalam negri baik yang bersubsidi dan nonsubsidi.
Kenaikan harga minyak bumi yang cukup ekstrem ini disebabkan oleh peperangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Di tengah krisis itu, Rusia mengurangi pasokan minyak bumi. Selain karena perang, Rusia sengaja mengurangi pasokan minyak bumi untuk merespon berbagai sanksi yang ia dapat dari beberapa negara yang mengecam peperangan tersebut.Â
Pasokan minyak bumi dunia yang semakin terbatas membuat harga minyak sendiri meroket sampai tulisan ini diluncurkan. Parahnya, kondisi ini dimanfaatkan Rusia untuk meraup keuntungan dari penjualan minyak bumi. Rusia pun memperlambat tempo perang sehingga harga minyak bumi dunia kian tak menentu.
Banyak sekali negara, termasuk Indonesia sendiri yang berusaha untuk bernegosiasi dengan kedua belah pihak. Sayangnya usaha negosiasi itu gagal. Lantas sampai sejauh ini pun pemerintah Indonesia dan beberapa negara lain sedang berusaha meredam berbagai inflasi yang terjadi akibat perang Rusia-Ukraina, entah dengan kebijakan pembatasan atau pun subsidi. Penulis berharap agar krisis ekonomi ini bisa cepat teratasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H