Mohon tunggu...
John Simon Wijaya F1
John Simon Wijaya F1 Mohon Tunggu... profesional -

Architect,Traveller,F1Writer // personal message: johnsimonwijaya at gmail dot com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

World Cup Ditunggangi Kepentingan Politik

28 Februari 2014   15:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:23 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393550203435434139

[caption id="attachment_325117" align="aligncenter" width="226" caption="Armadillo, sumber: dailymail"][/caption]

Judul Panjang: Ketika Siaran World Cup Ditunggangi Kepentingan Politik

Apakah anda sudah menyadari siapakah pemegang hak siar eksklusif untuk World Cup 2014 di televisi Indonesia? Jika belum, saya informasikan TvOne dan Antevelah pemiliknya. [SUMBER]

PENURUNAN KUALITAS TONTONAN

Saya yang di 1998 dan saat itu masih SD sengaja memilih TVRI saat Final Perancis vs Brazil demi mendapatkan siaran dengan analisis pra-pertandingan yang berkualitas, sekaligus tanpa jeda iklan serta ditutup dengan manis ulasan pesta penerimaan trophy sampai tuntas. Dan sungguh terpuaskanlah keinginan saya di tahun tersebut.

Semakin bergeraknya waktu, semakin berubah juga format tayangan World Cup di televisi Indonesia. Entahlah, siapa yang punya ide World Cup hanya ditayangkan eksklusif 1-2 stasiun televisi saja. Kenapa tidak patungan satu-satu agar semuanya kebagian dan Final ditayangkan seluruh stasiun televisi seperti halnya Tahun 1998 kemarin?

Yang kemudian terjadi, salah satu akibat hak siar ekslusif ini adalah adanya penurunan kualitas siaran yang harus ditanggung penikmat bola se-Nusantara. Contohnya saat Final Worldcup 2006, saat itu momentum begitu detik-detik Prancis kalah adu Penalty dari Italy, gambar langsung berubah ke wajah Darius Sinathrya dari Studio SCTV, dengan serombongan iklan yang sudah mengantri di belakangnya.

Apaan ini? Sebuah Antiklimaks!

Sebulan sudah kita semua lembur sampai bangun kesiangan mengikuti Worldcup, tetapi ditutup dengan suguhan kekecewaan. Penonton tidak diberikan kesempatan menyaksikan clossing ceremony dan pesta penyerahan Trophy Piala Dunia secara utuh.

Sungguh menjengkelkan! sejak hari itu pula relasi saya dengan SCTV putus selamanya.

HARI INI BAGAIMANA SITUASINYA?

Worldcup 2014 ini adalah momentum yang sangat spesial, momentum di mana Pesta Piala Dunia bersamaan dengan kampanye Pilpres. Sebuah momentum langka yang baru akan terjadi kembali di Tahun 2034, Tahun 2054 dan Tahun 2074.

Entahlah, tapi ada benernya juga jika kita berpikir situasi terburuknya dahulu. Jika World Cup 2014 ini siarannya eksklusif hanya dimiliki 2 TV ini, sedangkan Pilpres sendiri baru dilaksanakan sekitar bulan September, kita seharusnya bisa membayangkan: jangan-jangan nanti satu detik setelah gol akan muncul wajah capres pemilik stasiun TVnya lengkap dengan nomor urut pemilihannya!!? Iya nggak? Sebuah tayangan yang mengerikan jika dibayangkan.

Bukan itu saja, coba anda bayangkan saat istirahat halftime / turun minum menuju Babak Kedua. Bisa jadi akan ada kuis dengan password penelpon harus mengatakan nama Capres pemilik TVnya. Kemudian sudah dipersiapkan pertanyaan yang sudah pasti merujuk pada pilihan jawaban A.

Walah walah walah.. baru membayangkannya saja saya sudah mual, rusak sudah suasana menikmati World Cup kita di Tahun 2014 ini.

Tapi sudahlah, mungkin itu hanyalah kecemasan saya, bagaimana dengan anda?

______________________

John Simon Wijaya © 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun