Pada masa pandemi virus Korona (April-Juni 2020), hanya sektor pertanian dan perikanan yang tumbuh positif, sebesar 2,19% pada triwulan kedua 2020. Hanya 1 sektor ini, dari beberapa sektor (parameter) pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang masih bertumbuh dalam 1 tahun (year on year). Sektor lainnya tenggelam dan sesak nafas.
Memang, pada triwulan-1 pertumbuhan sektor ini hanya 0,02%. Justru setelah terjadinya pandemi virus Korona (covid-19), sektor ini mengalami penguatan besar dan menunjukkan keunggulan kompetitif negara yang 70% wilayahnya laut.
Keunggulan kompetitif ini tidak dimiliki Singapura, Malaysia, Brunei, Timor Leste dan Thailand. Pertumbuhan ekonomi mereka tenggelam dan tersapu gelombang pandemi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif (+) 2,97% saat triwulan pertama 2020. Sedangkan Singapura sudah minus (-) 12,6%, Thailand minus 2,2%, dan Malaysia minus 2%.
Kesuksesan sektor pertanian dan perikanan pada masa pandemi ini sayangnya tidak diberitakan secara masif di media. Justru berita-berita negatif yang menjadi pakem umum media yang ditonjolkan.
Istilah tua bisnis media: “bad news is good news. Very bad news is very good news”, menjadi jamak dan seakan-akan lumrah dalam pemberitaan media saat ini.
Melalui kanal ini, Penulis berusaha memberikan pemahaman singkat kepada pembaca, tentang aspek rantai bisnis sektor perikanan. Sehingga, pakem berita bisa menjadi: good news is understandably, totally, & really good news.
Penulis merasa perlu untuk memberi informasi kepada masyarakat umum, bahwa sektor perikanan memberikan nilai ekonomi terbesar dari nilai ekspor Udang, ikan Tuna, Tongkol dan Cakalang (TTC), Kepiting-Rajungan, Cumi-Gurita-Sotong, dan Rumput Laut.
Walaupun dalam pemberitaan media, dengungan ekspor benih Lobster sangat ramai, justru sebenarnya Udang dan TTC-lah yang menjadi mesin uang utama negara.
Dengung ekspor benih Lobster