Model komunikasinya adalah data versus data. Model versus model. Kalkulasi versus kalkulasi. Bukannya data dan model diadu dengan ancaman-ancaman.
Kisah March ini adalah contoh keahlian berdasarkan metode ilmiah, yang dinafikan oleh para pemimpin karena faktor politik dan distorsi teknologi informasi.
Selanjutnya, kita tahu bersama, ternyata kisah kasus Covid-19 di Indonesia bagai gunung es. Kecil yang nampak di permukaan, tapi besar sekali yang tak nampak.Â
Metode dan model yang dipergunakan March akhirnya terbukti kesahihannya. Jagoan selalu menang belakangan.
"Lesson Learned"
Kepemimpinan klasik (tahun 1930-1950) mensyaratkan kapabilitas dan rasionalitas pengambil keputusan. Hal ini memang tidak berat pada masa itu, karena ilmu pengetahuan dan teknologi belum berkembang dengan dahsyat. Tugas pemimpin lebih ringan.
Tetapi pada masa 2020, situasinya berat. Distorsi politik dan teknologi informasi mengaburkan banyak hal.Â
Untuk itu, para pengambil keputusan dapat dibantu dengan para pakar dalam dan luar negeri, juga lembaga-lembaga riset swasta dan pemerintah. Sehingga, kapabilitas dan rasionalitas keputusan bisa berbobot dan bermutu.
Tugas pemimpin adalah mengkolaborasikan semua elemen itu, atau mengorkestrasikannya, untuk menghasilkan irama keputusan yang merdu serta berdampak positif di masyarakat.
Lantai 6, Tanah Betawi.
Handy Chandra.
Referensi:
1. Tabloid Kontan, 06-12 Juli 2020.
2. kompas.com; 16 feb 2020.
3. Peter Northouse. Leadership.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H