Tahun 2017 ada buku menarik, berjudul "The Death of Expertise", yang ditulis Profesor Tom Nichols. Ahli dibidang "National Security Affairs", dari US Naval War College.
Secara singkat, isinya tentang perkembangan teknologi dan situasi politik yang mengakibatkan kebenaran yang dihasilkan ilmu pengetahuan, tidak diakui lagi.
Bahasa lainnya, Ilmu pengetahuan yang berdasarkan metode ilmiah - sejak deklarasi metode ilmiah dari Sir Francis Bacon, abad ke 17 - mulai tidak diakui kebenarannya. Akibatnya, fakta-fakta yang nyata dari ilmu pengetahuan dapat disilang-sengketakan.
Anak-anak kemarin sore, yang baru belajar membaca media sosial, mendadak bisa lebih jago dari pakar yang sudah menulis puluhan karya ilmiah.
Tetiba, anak-anak jurusan matematika merasa lebih jago dari profesor epidemologi. Sekonyong-konyong, mahasiswa belum lulus S1 memaki-maki menteri yang sudah selesai S3.
Bahayanya, jika hal demikian ditiru oleh para pemimpin dan pengambil keputusan. Mengerikan sekali hal ini, jika menjadi masif, sehingga kepakaran jadi korban politik dan teknologi informasi.
Ujungnya adalah masyarakat yang jadi korban.
Contoh kasus Covid-19
March Lipsitch, ahli atau pakar epidemologi (ilmu yang mempelajari sumber dan dampak penyebaran penyakit dalam kelompok masyarakat) dari Harvard University, menyatakan "seharusnya awal februari 2020 sudah ada kasus Covid-19 di Indonesia" dalam pemodelan ilmiah yang dilakukannya.
Analisa pemodelan yang dilakukannya menjadikan kegaduhan dalam pemerintahan negara Indonesia, sehingga dianggab menghina. Padahal, dalam dunia ilmiah, hasil kajian harus dijawab dengan kajian.