Ya pak Ahok memenangi hati dan ekspektasi warga Jakarta serta ibu Risma untuk masyarakat Surabaya. Mengapa mereka bisa menang?
Beberapa hal yang dapat dilihat dalam beberapa perjalanan ke Jakarta dan Surabaya adalah penataan kota yang memperlihatkan perbedaan mencolok. Untuk di Jakarta salah satunya adalah saluran air yang ada di tengah kota, salah satunya yang membelah sepanjang Harmoni sampai kota tua terlihat bersih dan bebas sampah di samping beberapa taman kota yang tertata rapi dan hijau seperti Pluit. Sementara untuk Surabaya telah menjelma menjadi kota metropolitan berkelas internasional yang mempesona.
Pak Ahok dengan keterbukaan dan kesetaraan birokrasi sedangkan bu Risma meneruskan penataan kota dengan penempatan personal yang tepat di dinas pertamanan menggantikan beliau adalah secuil prestasi kerja.
Kesan berhikmat atau bijaksana layak disandingkan pada mereka berdua. Mengapa beliau berdua dapat sampai pada tingkatan itu? Sederhana saja, budaya kejujuran dan kerja yang memprosesnya. Jujur membuka segala kemungkinan logika secara adil. Ketiadaan agenda pribadi atau kelompok tapi murni untuk kesejahteraan rakyat adalah salah satu prasyaratnya. Kerja yang sungguh dan maksimal melatih diri untuk mengambil keputusan. Yang berbuahkan pengambilan keputusan secara benar.
Inspirasi ini menjadi menarik untuk dikedepankan menjelang pilkada pada Februari 2017 yang pendaftaran calonnya akan ditutup.
Pilihan strategi kampanye yang sedang dimatangkan oleh para tim sukses sesungguhnya perlu mengedepankan unsur ini. Kejujuran dan hasil kerja. Bagaimana dengan calon non petahana? Jejak rekam pada berbagai posisi publik atau lain sebelumnya menjadi buku terbuka yang dibaca.
Poster, spanduk bahkan baliho serta kreativitas publikasi media sosial bagaikan kertas kosong yang ramai. Gaduh karena diperbincangkan khalayak namun esensinya justru menyudutkan.
Komoditi agama, ini pilihan yang selalu seksi dan bombastis karena menimbukan sentimen pada masyarakat Indonesia yang religius. Tampilan dengan busana keagamaan, bersilahturahmi dengan pemuka-pemuka agama bahkan mendadak pandai berorasi dengan ayat-ayat kitab suci.
Wajah toleran pun mendadak menghiasi. Apakah pak Ahok dan bu Risma juga melekat dengan hal ini. Pak Ahok dalam beberapa kesempatan di gereja lantang berbicara tentang kitab suci kristiani. Kisah orang Samaria yang baik hati yang mengisahkan tentang menolong sesama secara maksimal tanpa pamrih dengan latar belakang sosial yang berbeda. Bu Risma mungkin juga ada namun belum ditemukan berkhotbah dengan bahasan kitab suci. Isu agama selalu saja diajukan apalagi untuk daerah mayoritas agama tertentu. Namun sekali lagi belajarlah dari bu Risma dan pak Ahok untuk menang yaitu secara konsisten dan tulus melakukan ajaran agama dalam tugas pemerintahan sehari-hari.
So, ingin menang dalam pilkada? Sudahkah anda berprestasi dalam kerja dan jujur?
   Â