Beberapa waktu yang lalu kejadian memilukan kembali terjadi, gesekan 2 kelompok supporter besar yang secara historis berlawanan kembali terjadi dan yang membuat hati tersayat sampai jatuh korban jiwa ( lagi). Rombongan ribuan Aremania yang hendak menonton tim kesayangannya berlaga melawan GU sepertinya telah dikoordinasikan dengan baik. Para Aremania dengan menyewa bus, membawa kendaraan pribadi dan motor telah berkumpul di satu tempat dan untuk memastikan semua berjalan lancar konvoi  dikawal secara estafet oleh pihak kepolisian mulai dari Malang sampai Gresik. Mereka juga sudah menyiapkan uang guna membeli tiket pertandingan dan biaya akomodasi selama di gresik.
Jadi sangat jelas di sini betapa persiapan tour Gresik sudah dipersiapkan dengan matang dan terencana oleh Aremania untuk mendukung Arema berlaga melawan GU. Tetapi dalam perjalanan khususnya saat melintasi tol batu batu mulai beterbangan menyerang peserta konvoi, beberapa kaca kendaraanpun pecah.
Satu kejadian yang menyedihkan terjadi di Gresik, dimana Seorang yang berkaus hijau dan diindikasi sebagai bonek tewas saat berkelahi dengan orang orang berkaos biru yang disinyalir adalah Aremania. Selain itu juga puluhan orang luka luka akibat aksi saling lempar batu di banyak tempat. Ada beberapa analisa yang mungkin bisa dijadikan rujukan atas kejadian ini.
1. Aremania berniat dan bersiap untuk melakukan tour ke Gresik, jadi mustahil mereka mengorbankan uang, waktu dan tenaga untuk menyerang warga sepanjang tol ( seperti berita yang tidak berimbang oleh beberapa media)
2. Saat dan setelah laga AREMA vs Gresik yang dimenangkan oleh tim tamu AREMA suasana kota gresik sangat kondusif, dan tak ada sedikitpun laporan terjadi kericuhan saat ribuan Aremania "menduduki" Gresik.
3. Saat itu adalah pertandingan antara AREMA VS GU , tapi mengapa banyak orang berkaos hijau dan bertuliskan Bonek atau Persebaya ikut nimbrung bahkan melakukan pelemparan batu saat pejalanan konvoi Aremania? bukankah saat itu Persebaya tidak sedang bertanding?
Sejarah telah mencatat rangkaian berita rusuh dan chaos yang melibatkan orang orang berbaju hijau dan bertuliskan Bonek. Trade mark keras, berani, bernyali, tidak takut mati seolah menjadi satu dan menjiwai setiap orang yang berbaju hijau dan bertuliskan Bonek. Bahkan kata BONEK adalah kata yang disematkan oleh media untuk para pendukung klub Persebaya tersebut, karena sering kali mereka mengacau, menjarah dan memaksa kendaraan untuk bisa mengangkut mereka secara gratis, sehingga sangat tepat untuk disebut BONEK ata Bondo Nekat atau dalam bahasa indonesia adalah bermodalkan nekat. Memang tidak bisa perilaku buruk orang yang berbaju hijau dan bertuliskan Bonek digeneralisasi, banyak dari mereka bersikap dewasa, tapi tidak sedikit pula yang kekanak kanakan. Mereka mencoba untuk menghapus image negatif tersebut, salah satunya dengan membagikan mawar di jalan, tapi tetap saja perilaku bar bar kerap kali mereka tunjukkan.
Sudah saatnya Pihak keamanan berlaku keras terhadap tindakan beringas para supporter, baik itu Aremania, Bonek, The Jak, Viking atau  elemen supporter yang lainnya. Sepak bola adalah hiburan, pemersatu, bukannya area perang, uji nyali atau unjuk kesaktian kekebalan tubuh. Betapa satu nyawa sangatlah berarti, jauh melebihi kompetisi itu sendiri. Pihak keamanan juga harus bersikap professional. Karena sering kita lihat mereka lebih suka bergerombol dan menyaksikan pertandingan, bukannya berdiri berjajar dan menghadap penonton. Saat terjadi kericuhan penonton mereka juga kerap kali tidak sigap dan cuma melihat saja. Panpel telah membayar mahal untuk biaya keamanan, seharusnya ini bisa diimbangi oleh kinerja keamanan, bukannya malah MENONTON BOLA SECARA GRATIS...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H