Mohon tunggu...
Lyfe

Problematika Intelektual Muda

30 Maret 2016   18:47 Diperbarui: 30 Maret 2016   18:53 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Johan Maheswara

“…Berikan aku 10 pemuda, maka akan ku guncangkan dunia..” Ir. Soekarno

Sepatah kata yang diucapkan oleh Ir. Soekarno pada pidatonya merupakan sebuah motivasi yang besar kepada para pemuda untuk ikut membangun bangsa. Indonesia pada masa itu berada pada titik dimana adanya perbedaan kasta antara golongan tua dengan golongan muda. Sang proklamator dengan tegas mengatakan bahwa dirinya sebagai orang yang sudah tua dapat mengguncangkan dunia jika ia bersama – sama dengan para pemuda.

Pada zaman sekarang ini, dimana pemuda yang memiliki semangat juang tinggi berada pada tatanan masyarakat yang paling atas yaitu Mahasiswa. Keberadaannya sangat vital didalam sistem masyarakat. Dikatakan sebagai agent of change yang memiliki kekuatan untuk merubah suatu keadaan menjadi lebih baik, menjadikan mahasiswa begitu diharapkan kehadirannya.

Namun, realita bahwa mahasisa dituntut untuk menyelesaikan studinya di perguruan tinggi menimbulkan problema tersendiri. Dikurung dalam sebuah kandang bernama sistem pendidikan menjadikan mahasiswa tidak dapat bergerak seperti yang diinginkan. Bukanlah sebuah hal mudah bagi mahasiswa untuk dapat keluar dalam sebuah kurungan sistem.

Mereka dapat merubah suatu keadaan karena memiliki kekuatan besar jika bersama – sama. Tetapi jika dilumpuhkan secara individualis, menjadikan mereka seolah tak berdaya menghadapi rentetan fenomena zaman. Keberadaannya kini seperti hanya sebuah legenda mitologi yang mulai dilupakan oleh masyarakat.

Perubahan peran dan fungsi mahasiswa ini, menjadikannya hanya seperti budak akademik. Mereka terjebak dalam sebuah sistem pendidikan yang akhirnya secara perlahan mulai menghancurkan diri mereka sendiri. Kini, status sebagai agen perubahan hanya mampu disematkan kepada mereka yang benar – benar masih memiliki semangat juang intelektual.

Tidak sampai disitu, problema lain muncul dari perspektif lain. Tayangan televisi yang mulai mengajak mahasiswa sebagai penonton studio membuat seolah perannya hanya sebatas penonton bayaran. Mereka yang duduk didalam studio dengan bangga mengenakan almamater sebagai identitas kemahasiswaan seraya tertawa menikmati acara yang disuguhkan.

Sungguh ironis jika kita melihat kenyataan yang ada, bahwa saat ini bangsa kita sedang berada pada keadaan yang terguncang. Perseteruan antara kedua lembaga penegak hukum yang tak kunjung reda serta turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mencekik masyarakat kalangan bawah. Tetapi mahasiswa malah berada di tempat yang tidak seharusnya mereka berada.

Masyarakat kini sedang berada dalam kritisnya kehidupan. Mereka tidak dapat bergerak dikarenakan sulitnya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kehidupan yang sejahterah nampaknya masih jauh dari pandangan mereka. Tetapi dimana para mahasiswa berada.

Mahasiswa yang menjadi tumpuan bangsa kini tidak dapat lagi bergerak dan bersuara untuk menyuarakan hak – hak yang termarjinalkan. Mereka sudah kehilangan sesuatu yang menjadikan dirinya sebagai agen perubahan. Jika mereka tidak bisa keluar dari penjara yang memenjarakannya, sepertinya dapat dipastikan bahwa mahasiswa hanya sebatas seseorang yang menimba ilmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun