Jenis Film       : Action Produser         : Paul W.S. Anderson, Jeremy Bolt, Don Carmody Sutradara        : Paul W.S. Anderson Stars               : Milla Jovovich, Michelle Rodriguez, Li Bing Bing, Shawn Roberts, Sienna Guillory
Film yang diadopsi dari sebuah video game produksi Capcom ini telah memasuki generasi kelimanya sejak sekuel pertamanya yang menghiasi layar lebar pada tahun 2002 lalu. Sama seperti sekuelnya yang terdahulu, film kelima Resident Evil ini juga pastinya penuh dengan aksi tembak-tembakan, seni bela dirinya Alice (Milla Jovovich), dan zombie kelaparan yang senantiasa membuat penonton terkaget, terkagum, hingga terpesona. Efek-efek yang digunakan, baik itu efek visual maupun efek suara, juga sudah lebih baik daripada film Resident Evil seniornya. Namun sayangnya, Resident Evil Retribution ini menurut saya, agak membosankan. Resident Evil Afterlife bahkan lebih recommended menurut saya. Memang film ini tidak membuat saya sampai mengantuk apalagi tertidur mengingat jam nonton yang sudah mendekati tengah malam, tetapi sepanjang menonton film ini, rasanya chemistry-nya masih kurang dapet.
Film ini dimulai dengan serangkaian aksi tembak-menembak yang pantas mendapatkan kata seruan '
Wow!', karena aksi peperangannya memang terasa sangat real dengan didahului oleh efek
slow-motion plus
rewind-motion. Paul W.S. Anderson berhasil membuat saya tidak berkedip dan berhenti mengunyah
popcorn pada awal-awal filmnya ini. Termasuk juga ketika adegan di sebuah kota kecil buatan Umbrella Group yang mendapat serangan dari zombie ganas. Luar biasa mencengangkan! Dan setelah itu, kebosanan mulai merasuki. Alice tertangkap oleh Umbrella Group dan dikurung dalam sebuah ruangan khusus untuk diinterogasi. Jill Valentine (Sienna Guillory), sahabat Alice, yang dirinya sedang diambil alih oleh Red Queen, menjadi interogator sekaligus penyiksanya. Berkat bantuan dari Ada Wong (Li Bing Bing) yang bekerja di bawah arahan Albert Wesker (Shawn Roberts), Alice berhasil kabur. Alice belum bisa senang, karena ternyata petualangan justru baru mulai. Dia masih harus berusaha untuk melarikan diri dari fasilitas Umbrella Group yang sangat luas dan terletak jauh di bawah lautan es ini, bersama dengan sekelompok tentara yang juga bekerja di bawah Wesker.
Alur yang kurang menarik dan terkesan memaksa (tidak natural), mungkin inilah yang membuat saya agak bosan. Alur yang terlalu datar mungkin masih bisa terobati oleh efek-efek
action-nya yang patut diacungi satu jempol. Tapi bagian yang 'terkesan memaksa', membuat saya menggeleng kepala. Salah satu contoh bagian yang menurut saya tidak natural tersebut adalah ketika seekor monster besar berkaki empat berlidah panjang menculik seorang anak kecil yang sedang menjadi 'tanggung jawab' Alice. Pertanyaan yang muncul pada saat saya menyaksikan adegan tersebut adalah, "Kenapa tidak langsung dibunuh? Padahal ketika berhadapan dengan orang-orang lainnya, monster tersebut tidak segan-segan langsung membuatnya
Rest In Peace." Pada endingnya, ketika Alice berlaga dengan Jill, saya kembali berhenti mengunyah popcorn. Bukan karena adu kungfu yang mereka lakukan itu sangat seru, melainkan karena memang popcorn saya sudah habis. Endingnya tidak se-wah yang saya harapkan. Semoga sekuel berikutnya bisa jauh lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya