Sebuah kisah terkenal mengenai Lukman beserta anaknya yaitu ketika Lukman mengajak anaknya untuk menunggangi seekor keledai mengelilingi suatu kota. Pada suatu hari Lukman bermaksud untuk memberi nasihat kepada anaknya maka ia pun membawa anaknya menuju suatu kota dengan menggiring seekor keledai ikut berjalan bersamanya. Ketika Lukman dan anaknya lewat kepada seorang lelaki, maka ia berkata kepada keduanya : “Aku sungguh heran kepada kalian, mengapa keledai yang kalian bawa tidak kalian tunggangi ?” setelah mendengar perkataan lelaki tersebut Lukman lantas menunggangi keledainya dan anaknya mengikutinya sambil berjalan.
Belum berselang lama, dua perempuan menatap heran kepada Lukman seraya berkata : “Wahai orang tua yang sombong!. Engkau seenaknya menunggangi keledai sementara engkau biarkan anakmu berlari di belakangmu bagai seorang hamba sahaya yang hina!.” Maka Lukman pun membonceng anaknya menunggangi keledai.
Kemudian Lukman beserta anaknya yang ia bonceng melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul di pinggir jalan, ketika mereka melihat Lukman dan anaknya seorang dari mereka berkata : “Lihatlah! Lihatlah! Dua orang yang kuat ini sungguh tega menunggangi seekor keledai yang begitu lemah, seolah keduanya menginginkan keledainya mati dengan perlahan.” Mendengar ucapan itu Lukman pun turun dari keledainya dan membiarkan anaknya tetap di atas keledai.
Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan hingga bertemu dengan seorang lelaki tua. Lelaki tua itu kemudian berkata kepada anaknya Lukman : “Engkau sungguh lancang! Engkau tidak malu menunggangi keledai itu sementara orang tuamu engkau biarkan merangkak di belakangmu seolah ia adalah pelayanmu!.”
Maka ucapan lelaki tua itu begitu membekas pada benak anaknya Lukman, ia pun bertanya pada ayahnya : “Apakah yang seharusnya kita perbuat hingga semua orang tidak ridho dengan apa yang kita lakukan dan kita bisa selamat dari cacian mereka?” Lukman menjawab : “Wahai anakku, sesungguhnya aku mengajakmu melakukan perjalanan ini adalah bermaksud untuk menasihatimu, ketahuilah bahwa kita tidak mungkin menjadikan seluruh manusia ridho kepada perbuatan kita, juga kita tidak akan selamat sepenuhnya dari cacian karena manusia memiliki akal yang berbeda-beda dan sudut pandang yang tidak sama, maka orang yang berakal ia akan berbuat untuk menyempurnakan kewajibannya dengan tanpa menghiraukan perkataan orang lain.” (Lafif min’l-Asatidzah : tt : 135-136).
Demikianlah gambaran singkat tentang kepribadian Lukman yang dengan kebijaksanaan-kebijaksanaannya itu ia diberi gelar al-Hakim. Tidak heran bila kemudian Allah SWT mengangkat derajatnya dengan memasukan namanya pada al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam.
10 Nasihat Lukman al-Hakim kepada Anaknya
Berdasarkan al-Qur'an surat Luqman ayat 13, 16, 17, 18, dan 19 penulis berpandangan bahwa pada ayat-ayat tersebut terdapat sepuluh nasihat Lukmanal-Hakim kepada anaknya. Adapun sepuluh nasihat tersebut adalah sebagai berikut. Lihat artikel selengkapnya disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H