Sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan adanya keterampilan abad 21 (21st Century Skill) pada peserta didik. Keterampilan abad 21 merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh siswa untuk menghadapi permasalahan serta memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan siswa setelah mereka lulus (Kaufman, 2013). Oleh karena itu, keterampilan abad 21 sangat penting untuk ditanamkan kepada siswa pada setiap proses pembelajaran.
Era globalisasi saat ini telah banyak mengubah perilaku manusia dalam berbagai bidang kehidupan menuju ke arah penguasaan teknologi informasi dan komunikasi secara luas dan menyeluruh terutama pada bidang pendidikan. Dalam rangka menghadapi tantangan pendidikan abad 21, guru diharapkan memiliki kemampaun atau keterampilan untuk mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Ada banyak cara untuk menjadi guru yang inovatif dan kreatif dalam pembelajaran di jenjang Sekolah Menengah Atas (Kuswanto & Radiansah, 2018).
Pembelajaran Biologi pada jenjang SMA seringkali menghadapi berbagai tantangan yang berdampak pada hasil belajar yang kurang maksimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah dari segi gaya belajar, minat ataupun motivasi belajar siswa. Hal ini menyebabkan penerapan metode atau strategi pembelajaran yang seragam tidak dapat mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang beragam.
Pembelajaran Biologi Kurikulum Merdeka kelas X Fase E menyisakan beberapa permasalahan di SMA Negeri 11 Semarang, diantaranya: Kurangnya variasi metode, media atau sumber belajar. Penilaian dalam pembelajaran seringkali hanya berfokus pada aspek pengetahuan, belum mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah. Banyak siswa yang menganggap Biologi sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal ini menyebabkan mereka tertidur, bercanda dan bercerita (kesadaran penuh rendah), sehingga tidak memiliki motivasi untuk belajar. Semua permasalahan tersebut berdampak terhadap hasil belajar yang rendah.
Penulis yang juga sebagai guru Biologi di SMA Negeri 11 Semarang, mencoba menerapkan “PEBI SI EMO-MEKAR” yang merupakan akronim Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional untuk Wujudkan Merdeka Berkarya. Pembelajaran dirancang guna memenuhi kebutuhan dan gaya belajar (auditori, visual, kinestetik) yang berbeda-beda pada setiap siswa, serta tiga jenis pembelajaran berdiferensiasi (konten, proses, dan produk). Tidak lupa, unsur kesadaran penuh dan kesejahteraan psikologi siswa terpenuhi, dengan demikian guru memfasilitasi berbagai potensi siswa dalam berkarya dan belajar Biologi secara menyenangkan dan bermakna di SMA Negeri 11 Semarang.
Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan cara untuk mengenali dan mengajarkan bakat dan gaya belajar siswa yang beragam (Morgan, 2014). Pembelajaran berdiferensiasi telah dikenal sebagai strategi pembelajaran yang mengakomodir kesiapan, minat belajar, dan profil belajar siswa yang bervariasi. Misalnya, siswa dengan gaya belajar auditori akan lebih banyak terlibat dalam diskusi, siswa visual akan lebih menyukai presentasi, dan siswa kinestetik akan lebih aktif dalam kegiatan praktik. Selain aspek kognitif, pengembangan emosi dan sosial siswa juga menjadi perhatian utama. Siswa diajak untuk berkolaborasi, berkomunikasi, dan membangun empati dalam proses pembelajaran. Terkait ranah Merdeka Berkarya, siswa diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide mereka dan memilih cara belajar yang paling sesuai dengan mereka.
Diferensiasi konten pada pembelajaran dilakukan pasa saat siswa mengamati tayangan gambar perbedaan struktur tubuh virus dan bakteri, kemudian dilanjutkan dengan tayangan video terkait struktur Bakteriofage dan Sars-CoV-2 (Corona). Siswa kemudian menanggapi terkait gambar dan video tersebut. Siswa juga memaksimalkan berbagai sumber belajar diantaranya: internet, buku paket, wayang kertas, dan Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI) materi virus yang saya kembangkan melalui aplikasi Canva.
Diferensiasi proses yang dilakukan pada pembelajaran materi virus diantaranya: diskusi, presentasi, tanya jawab, studi kasus, serta praktikum pembuatan replika/tiruan struktur tubuh virus 3D secara berkelompok. Diferensiasi produk yang dilakukan pada pembelajaran materi virus yaitu melalui tugas pembuatan berbagai produk/karya virus yang menyebabkan penyakit pada manusia. Tugas diberikan secara mandiri sesuai dengan minat dan bakat siswa. Produk tersebut diantaranya: infografis, poster, puisi, lagu, komik, buku mumbul, booklet, cerpen, video, dan wayang virus.