Mohon tunggu...
Johansyah Syafri
Johansyah Syafri Mohon Tunggu... Editor - Pelayan Publik

Kata Imam Syafi'i, "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesan Ebak, Tiga Orang Ini Tak Boleh Jadi Seteru Debat

29 Januari 2023   13:06 Diperbarui: 29 Januari 2023   13:13 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ebak (bak) adalah ayah dalam bahasa Palembang. Sedangkan emak (mak) sama dengan ibu. Tapi tidak semua daerah di Sumatera Selatan menggunakannya.

Ada beberapa wilayah menyebut ayah dengan ubak, dan ibu dengan umak. Ubak dan umak merupakan bahasa Komering.

Ebak, ubak, atau ayah -- dalam bahasa Inggris disebut father -- adalah orang tua kandung laki-laki. Kata lain yang sepadan adalah bapak, papa, papi dan aba.

Ebak kami sudah almarhum. Sudah hampir 7 tahun beliau menghadap-Nya. Beliau berpulang ke rahmatullah seminggu menjelang Idul Fitri tahun 2016.

Ebak meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Beliau menghembuskan nafas terakhir setelah kurang lebih seminggu dirawat di sana.

Alhamdulillah, meskipun harus menempuh jarak sekitar hampir 1.000 km dari Kabupaten Bengkalis, Riau, kami bisa ada di samping beliau saat ebak meninggal dunia.

Tak hanya itu, bersama kedua adik kami, alhamdulillah, kami juga diberi kesempatan oleh-Nya untuk mengucapkan kalimat tauhid di telinganya. 

Beliau wafat dengan tenang di hadapan kami tiga beradik, emak dan juga mantan pacar (istri) kami tercinta.

Sudah hampir sewindu beliau meninggalkan kami sekeluarga untuk selama-lamanya.

Namun hingga detik ini, nasihat-nasihat yang pernah beliau sampaikan masih terasa hangat. Seakan baru beberapa saat lalu dituturkannya.

Salah satu nasihat yang beliau pesankan tentang tiga orang yang tak boleh dilawan dalam hidup ini.

"Di mana pun dan dalam kondisi apa pun, ada tiga orang yang tak boleh dilawan," nasihat beliau.

Dilawan yang dimaksudkan almarhum, bukan berkelahi atau adu tenaga. Namun dalam makna berbantah, bertengkar muluk atau bercekcok. Khususnya sebagai seteru debat.

Siapa ketiga orang tersebut?

Pertama, budak kecik.

Budak kecik merupakan bahasa Palembang. Searti dengan anak kecil.

Kedua, wong buyan.

Wong buyan juga bahasa daerah Sumatera Selatan. Berpatutan dengan orang bodoh. Meminjam bahasa yang selalu digunakan Rocky Gerung, sama maknanya dengan orang dungu.

Sinonim lainya dari kata bodoh adalah pandir dan bebal.

Ketiga, wong gilo.

Wong gilo pun bahasa Palembang. Dalam bahasa Indonesia, orang gila.

Dalam UU Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, tak dikenal istilah orang gila. Adanya Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)

ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

Mengapa anak kecil, orang dungu dan ODGJ tak boleh dilawan?

Adapun alasannya, kalau orang tua melawan anak kecil, maka yang akan disebut orang yang menyaksikan perdebatan tersebut anak kecil, bukan anak kecil tersebut. Tetapi orang tua yang menjadi lawannya bertengkar.

Pun alasan untuk orang pandai berdebat dengan orang bodoh dan orang waras beradu argumen dengan ODGJ.

Sesuai penjelasan almarhum, nasihatnya tersebut jauh dari kata melecehkan ketiganya (anak kecil, orang bodoh dan ODGJ). Hanya sebagai tamsil. Cuma untuk perumpamaan.

Apa yang dipesankan beliau itu sejalan dengan yang dikemukakan John Wooden (1910-2010), pemain bisbol dari Amerika Serikat.

"Apapun yang Anda lakukan dalam hidup, kelilingi diri Anda dengan orang pintar yang akan berdebat dengan Anda," demikian pesan John Wooden.

Berdebat dengan orang bernas, minimal kita dapat tempias. Berdebat dengan orang berkualitas, kita bisa naik kelas. *****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun