Mohon tunggu...
Johansen Silalahi
Johansen Silalahi Mohon Tunggu... Penulis - PEH

Saya adalah seorang masyarakat biasa yang menyukai problem-problem sosial, politik, lingkungan, kehutanan. Semoga bisa berbuat kebajikan kepada siapapun. Horas

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Vs Uang

21 Juli 2020   08:54 Diperbarui: 21 Juli 2020   09:20 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Politik vs Uang, Sumber foto: www.medcom.id

Tulisan ini adalah hasil perenungan melihat fenomena pemilihan serentak beberapa tahun terakhir dan tahun ini yang menurut saya banyak yang perlu dibenahi terutama cost politik yang cukup menguras. Ada beberapa pendapat pakar yang menyatakan bahwa jika ingin terjun berpolitik, cukupkan lah dulu ekonomimu (uangmu). 

Pendapat ini banyak sekali benarnya tergantung dari sudut pandang masing-masing menginterpretasikannya. Uang atau modal adalah salah satu alat yang dapat mensukseskan kita mendapatkan jabatan politik apapun itu seperti wakil rakyat, kepala desa, ketua RT, walikota dan lain-lain. Tanpa uang jangan harap mimpi anda terwujud untuk sukses dalam berpolitik. Selanjutnya jika tidak punya uang terjun kedalam politik, dipastikan nanti akan menjadi beban bagi organisasi karena organisasi digunakan sebagai cari makan (mata pencaharian). Tidak bisa hanya modal dengkul karena perlunya uang atau modal dalam berpolitik. 

Kasus di beberapa daerah yang menyelenggarakan pemilihan kepala desa atau pemilihan anggota DPRD di tingkat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara atau mungkin hampir merata di seluruh Indonesia, jika tidak ada fulus atau uang, jangan harap bisa langgeng lolos. Kalaupun ada yang bisa lolos tanpa uang, itu hanya sedikit kecil dan kasuistik . Hal ini mungkin bisa disanggah oleh sebagian orang yang benar-benar elektabilitasnya cukup tinggi walau tanpa uang.

Jika ini benar, sungguh miris memang opini dimana uang menjadi alat atau patokan untuk menduduki jabatan politik atau organisasi lainnya. Memang banyak embel-embel dari para petinggi partai yang mengkampanyekan "politik tanpa mahar", mungkin ada benarnya mendaftar tanpa mahar, tetapi selanjutnya menggerakkan orang atau massa dipastikan memerlukan modal atau uang. 

Pengalaman saya mengikuti beberapa organisasi, jika kita ingin sukses didalam jabatan organisasi tersebut memerlukan modal atau uang. Semakin tinggi rating organisasi tersebut kemungkinan besar memerlukan uang yang cukup banyak. Pengalaman salah satu teman saya mengikuti pemilihan kepala desa, untuk menyiapkan persyaratan-persyaratan memerlukan dana yang cukup banyak pada kategori tingkat desa, belum lagi sosialisasi kepada masyarakat dan membuat acara-acara yang dapat menarik hati masyarakat. Bagaimana di tingkat yang lebih tinggi seperti pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota? Mungkin kalkulator kita akan memerlukan digit yang cukup untuk menghitungnya. 

Lantas bagaimana dengan kondisi ini (politik dan uang)? Saya menyarankan untuk sabar lah dahulu berpolitik sembari ekonomi kita sudah cukup. Cukupkan lah dahulu ekonomi keluargamu sebelum berpolitik karena jika internal kita tidak kita cukupkan bahkan menjadi masalah dikemudian hari. 

Banyak contoh-contoh kasus kita lihat di media massa, karena ikut dalam pemilihan kepala desa atau pemilihan anggota DPRD meninggalkan hutang yang banyak sementara kondisi ekonomi keluarganya pas-pasan. Apa akibatnya? jika menang, ada peluang untuk membayar kembali melalui gaji maupun penghasilan semasa menjabat, minimal balik modal (BEP) sampai akhir periode jabatan. Jika kalah, maka tagihan atau debt collector akan menanti anda dan berpeluang untuk masuk ke ranah hukum dan paling parahnya keluarga akan rusak (tidak harmonis). 

Jika ekonomi keluarga atau internal sudah cukup boleh mencoba menduduki peruntungan di jabatan politik tingkat daerah atau pusat tergantung seberapa besar dana yang kita miliki walaupun tidak menjamin sukses juga. Tidak heran bagi kita, jika ekonomi kita cukup atau lebih maka jabatan itu akan menanti kita terutama di organisasi kemasyarakatan ataupun organisasi politik. Mungkin ada menyanggah, mana mungkin dan uang bukan segalanya, itu juga benar tetapi berdasarkan pengamatan saya (subjektif) saya, masyarakat atau tokoh yang kaya atau sukses dalam finansial mendapat posisi yang cukup pada suatu jabatan organisasi masyarakat atau politik.

Karena organisasi politik ataupun masyarakat dalam kesehariannya memerlukan modal atau uang dalam menggerakan mesin organisasinya. Bahkan ada pendapat yang sangat kejam menurut saya tetapi ada benarnya "tidak ada yang gratis bahkan buang air kecil saja bayar" karena berpolitik itu memerlukan modal.Memang tidak ada juga jaminan banyak uang akan sukses di dalam dunia politik maupun organisasi apapun itu tapi setidaknya kata kuncinya perlu uang atau modal. 

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman-teman yang hendak terjun kedalam politik untuk memikirkan secara matang jika ingin terjun kedalam politik untuk memikirikan hal ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun