Tulisan ini dilatar belakangi oleh setelah  membaca kompas.com ini. Tulisan ini mencoba mendeskripsikan secara ilmiah terkait dengan dampak Covid 19 terhadap polusi udara dan dilengkapi dengan penelitian yang sudah pernah ada di  Kota Medan dan literatur lainnya.Â
Penelitian di Kota Medan fokus membandingkan kondisi eksisting hutan kota yang ada di Kota Medan dengan tingkat pencemaran terutama dari kendaraan bermotor dan jumlah penduduk.Â
Kesimpulan dari penelitan saya adalah luas hutan kota yang ada di Kota Medan belum mampu menyerap total emisi yang dilepaskan (emisi dari penduduk dan kendaraan bermotor), dibutuhkan penambahan areal hijau di Kota Medan mengatasi hal tersebut, pembatasan kendaraan pribadi sangat diperlukan (Silalahi J dan Subarudi, 2015) dalam (https://www.researchgate.net/publication/273451106_ANALISIS_KEBUTUHAN_RUANG_TERBUKA_HIJAU_DI_KOTA_MEDAN).
Jika dikaitkan dengan kondisi Covid 19 terutama anjuran pemerintah social distancing atau stay at home dan benar benar diterapkan warga masyarakat secara ilmiah dipastikan akan berdampak baik terhadap tingkat pencemaran di kota-kota besar seperti Kota Medan.Â
Belum lagi kebijakan lockdown seperti yang diterapkan di Italia dan China, berdasarkan berita yang ada di Kompas.com kondisi polusi udara secara global menurun sesuai dengan hasil dari citra satelit negara tersebut dan selaras juga dengan yang ada di Eropa.Â
Hal itu secara ilmiah pasti akan berpengaruh nyata terhadap kondisi polusi udara global. Belum lagi jika kita lihat dari pabrik-pabrik atau industri-industri seperti kasus China. Banyak industri yang tutup karena anjuran pemerintah untuk tidak beraktivitas sangat berpengaruh terhadap polusi udara di China bahkan global secara umum.
Tidak dapat dipungkiri salah satu sumber emisi CO2 di perkotaan adalah penduduk dan kendaraan bermotor. Kota-kota besar seperti Medan, Jakarta adalah tempat yang banyak dikunjungi oleh masyarakat karena magnetnya untuk mencari pekerjaan, sekolah, aktivitas ekonomi dan lain-lain.Â
Dari sini jelas bahwa kota-kota besar pasti akan memiliki jumlah penduduk yang banyak dan kendaraan pribadi yang banyak. Kebutuhan hidup adalah salah satu alasan memaksa masyarakat memakai kendaraan pribadi selain faktor lain seperti keamanan.Â
Faktor lain adalah strategi pemasaran yang ditawarkan oleh sales kendaraan dengan paket-paket menariknya. Dorongan pemerintah agar beralih kepada kendaraan umum pun belum maksimal berpengaruh.Â
Covid 19 menyadarkan kita bahwa polusi udara dapat diturunkan dan kita dapat menghirup udara yang sehat (tidak tercemar). Kesimpulan dari sini adalah pemerintah harus lebih cermat lagi mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang ada bahwa aspek lingkungan yang baik harus mendapat perhatian juga.Â
Jangan lagi ada guyonan diluar sana yang bersifat satire atau menyindir, sebenarnya cara terbaik mengatasi global warning adalah virus Covid 19.Â