Mohon tunggu...
Johansen Silalahi
Johansen Silalahi Mohon Tunggu... Penulis - PEH

Saya adalah seorang masyarakat biasa yang menyukai problem-problem sosial, politik, lingkungan, kehutanan. Semoga bisa berbuat kebajikan kepada siapapun. Horas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mungkinkan Penerapan Hutan Vertikal di Kota Medan?

12 Maret 2020   15:56 Diperbarui: 12 Maret 2020   16:02 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berdasarkan data diatas, Provinsi Sumatera Utara mengalami masalah pada semua aspek walaupun secara data baik pada aspek udara dan air kecuali pada tutupan lahan sangat kurang. Indeks kualitas udara secara umum di Provinsi Sumatera Utara termasuk kategori baik tetapi dalam realitanya beberapa kota-kota besar lainnya di Indonesia mengalami permasalahan sehingga perlu dilakukan aksi nyata oleh pemerintah setempat seperti DKI Jakarta, Banten dan Propinsi Jawa Barat. Indeks Kualitas Udara dilihat dari lima pencemar utama yaitu nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), bahan partikel dan oksidan/ozon.

Data Indeks Kualitas Tutupan Lahan di Sumatera Utara termasuk dalam kategori sangat kurang (49,44) sehingga sangat rentan dengan dampak ekologi yang akan dihasilkan. Komponen yang dihitung pada IKTL adalah RTH (Ruang Terbuka Hijau), Kebun Raya, Taman Keanekaragaman Hayati, belukar dan belukar rawa dalam kawasan lindung, belukar dan belukar rawa dalam kawasan hutan dan tutupan hutan.

Salah satu contoh kota yang mengalami permasalahan tutupan lahan jika dilihat dari eksisting hutan kota adalah Kota Medan. Data ini sesuai dengan penelitian Silalahi dan Situmorang (2014) yang menyatakan bahwa luas eksisting hutan kota di Kota Medan hanya 0,41 persen sedangkan yang diamanatkan adalah 10 persen dari total luasan Kota Medan.

Tutupan lahan berupa hutan kota/ruang terbuka hijau adalah salah satu contoh nyata yang masih belum memenuhi amanah undang-undang ditemui di Kota Medan akibat kurangnya komitmen dari pemimpin daerah beserta stakeholders akibat pembangunan yang berorientasi kepada ekonomi tetapi dari segi manfaatnya sangat disambut positif oleh masyarakat Kota Medan. Penelitian Silalahi dan Situmorang (2014) menyebutkan bahwa persepsi masyarakat Kota Medan sangat positif terhadap keberadaan hutan kota terutama pemanfaatan keberadaan hutan kota untuk aktivitas olahraga, diskusi, pengenalan fauna, rekreasi dan lain-lain.

Permasalahan Lingkungan Kota Medan

Kota Medan sebagai kota metropolitan di Indonesia mengalami permasalahan lingkungan yang juga dialami kota-kota besar secara umum. Permasalahan yang sangat sulit diatasi di Kota Medan adalah minimnya hutan kota atau ruang terbuka hijau sebagai akibat dari pembangunan yang cenderung kepada pendekatan ekonomi. Selain hal diatas, beberapa permasalahan pada aspek lingkungan adalah kondisi tutupan lahan yang sangat cepat berubah.

Tutupan lahan yang semula adalah ruang terbuka hijau banyak berubah menjadi rumah toko (ruko), rumah kantor, komplek-komplek perumahan, bangunan-bangunan komersil (Handayani, 2006). Selain hal diatas, permasalahan lingkungan yang sering dihadapi Kota Medan adalah banjir, sampah yang tidak teratasi dengan baik, polusi udara akibat kemacetan lalu lintas, sungai tercemar seperti bangkai hewan (babi), suhu panas dan lain-lain. Permasalahan diatas dari aspek keterbatasan lahan dan minimnya kondisi eksisting hutan kota salah satunya dapat diatasi dengan hutan vertikal.

Deskripsi dan Pengertian Hutan Vertikal

Goud et al., (2018) mendefinisikan hutan vertikal sebagai hutan kecil yang dibangun di atas bangunan yang menggunakan lebih sedikit ruang dan memberikan udara bersih dalam jumlah besar dari tanaman yang ditanam. Keberadaan tanaman yang ditanam tentunya membuat gedung atau rumah lebih menarik dan ramah lingkungan dan biasanya ditanam pada media tanah seperti konsep hidroponik.

Konsep hutan vertikal digagas oleh arsitek berkebangaan Italia, yaitu Stefano Boeri dengan rancangannya yang sangat terkenal dan indah di Kota Milan Italia pada tahun 2014 yang bernama Bosco Verticale dengan tujuan mengurangi polusi udara di perkotaan. Berdasarkan referensi ilmiah yang ada, dimungkinkan sangat layak diterapkan di kota-kota besar di Indonesia dengan modifikasi jenis-jenis tanaman sesuai dengan peruntukannya, misalnya jenis tanaman yang sangat baik dalam menyerap karbon dioksida, debu, dan lain-lain.

Contoh Kasus Penerapan Hutan Vertikal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun