Mohon tunggu...
Johan G.M Pardede
Johan G.M Pardede Mohon Tunggu... Lainnya - Asliii

Selalu memandang masalah secara objektif

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

4 Alasan Kenapa Tidak Takut Gagal di Masa Muda

3 Juli 2020   14:42 Diperbarui: 3 Juli 2020   14:58 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata gagal membuat sebagian besar kalangan muda ketar-ketir. Sebab kegagalan sering dipandang sebagai hal yang tabu di dalam masyarakat. Dan tak jarang, beberapa orang yang mengetahui orang lain mengalami kegagalan, terkesan mengolok secara tidak langsung dan bukannya memotivasi. "Seandainya si Anu tidak mencoba hal itu, pasti dia aman-aman saja tanpa perlu mengalami hal seperti itu" begitu kata sebagian orang.

Kegagalan seakan menjadi pertanda tidak akan terjaminnya masa depan. Kegagalan menjadi sosok yang menakutkan. Akibatnya banyak anak muda yang enggan melakukan hal baru dan lebih suka meneruskan hal yang lama (mempertahankan status quo). Padahal jika tidak ada terobosan baru niscaya dunia akan terasa stagnan.

Tidak mengherankan memang dengan sebagian pendapat orang-orang yang demikian. Pola pikiran seperti itu terbentuk dari pola pendidikan yang mereka terima selama ini. Tapi jika kamu merasa gagal di masa muda tidak usah lekas berkecil hati. Berikut alasannya agar kamu tetap semangat menjalani hidup.

Pertama membentuk mental. Terbentur, terbentur, terbentuk. Begitu kata Tan Malaka. Dengan pernah mengalami kegagalan di masa muda akan membentuk pribadimu yang lebih kuat. Perihnya kegagalan akan menjadi pertanda luka pertempuran layaknya samurai. Hal itu akan membuat dirimu terlihat sebagai sosok pemberani yang berani menerjang segala resiko. Selain itu, kamu akan memiliki ragam cerita yang bisa diceritakan kelak kepada keturunanmu dan hidupmu tidak terkesan datar-datar saja. Lagipula tekanan-tekanan yang kamu alami selama ini akan memperkuat mental dan kedewasaanmu. Ibarat pisau yang diasah terus menerus akan menjadi tajam. Demikian kekuatan mentalmu jika direspon secara positif akan menjadi kuat dan mematangkan kedewasaanmu.

Kedua membuka cakrawala berpikir. Dengan mengalami suatu kegagalan akan membuat otakmu harus berpikir ulang dan memulai menciptakan strategi baru. Seperti kata Sun Tju, kenali dirimu, kenali lawanmu, dan kenali medan perangmu. Niscaya kemenangan mutlak berada di pihakmu. Dengan menerapkan prinsip demikian, kamu akan menjadi pribadi yang lebih rajin dalam mencari informasi. Hal itu membuat dirimu beberapa langkah di depan lawan-lawanmu. Kegagalan seakan menjadi suatu cambuk pengingat agar menghindari perbuatan yang berpotensi keliru dan tidak diharapkan. Kalau demikian, kamu menjadi pribadi yang lebih berhati-hati dan matang dalam melakukan suatu tindakan. Segala untung rugi akan kamu analisis terlebih dahulu, sebelum mengambil suatu keputusan.

Ketiga memandang kegagalan itu sebagai sukses yang tertunda. Penelitian mengatakan bahwa penyakit sebagian besar disebabkan oleh pikiran. Orang yang cenderung berpikiran negatif atau gampang pesimis justru rentan mengidap penyakit tertentu. Semua berawal dari melemahnya imun yang dihasilkan otak mereka. Dengan memandang positif kegagalan yang kamu alami akan menghindarkan dari penyakit. 

"Aku membutuhkan seribu kali percobaan untuk berhasil menciptakan lampu, yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan yang sebelumnya merupakan percobaan yang tidak sempurna." Begitu kata Edison penemu lampu. Dia memandang positif "kegagalan" yang dialaminya sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan itu sebagai sukses yang tertunda. Seakan mempertegas di alam bawah sadarnya bahwa dia tidak akan menyerah. Dengan berpikiran seperti Edison, barangkali kamu juga bisa mengikuti jejaknya.

Keempat seorang tokoh identik dengan kegagalan. Sejarah membuktikan bahwa perbedaan orang sukses dan tidak sukses adalah melalui tanggapan mereka atas peristiwa yang dialaminya. Orang sukses menganggap peristiwa buruk sebagai pembelajaran dan peristiwa baik sebagai apresiasi. Sementara orang tidak sukses menganggap peristiwa buruk sebagai bencana dan peristiwa baik sebagai keunggulan diri dibandingkan orang lain. Dari dua sudut pandang itu didapatkan bahwa orang sukses itu tampak lebih rendah hati dalam segala keadaan. Orang sukses berprinsip jika jatuh empat kali maka harus bangkit lima kali. Orang tidak sukses berprinsip gagal sekali, jangan mencoba lagi.

Memandang segala perspektif di atas, seharusnya kalangan muda harus lebih berani dalam mengambil tindakan dan membuat terobosan baru.  Apalagi, kaum muda masih memiliki otak dan otot yang kuat dibandingkan orang yang lebih tua. Sekedar merefleksikan, apa yang dikatakan Bung Karno, "Seribu orangtua hanya dapat bermimpi, tetapi sepuluh pemuda dapat menggoncangkan dunia."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun