Ready Player One adalah film yang sudah lama tayang, tepatnya tanggal 11 Maret 2018. Namun belakangan ini memang kembali ramai menjadi perbincangan karena trend metaverse yang semakin menyebar luas. Bahkan Facebook pun berganti nama perusahaan menjadi Meta. Nampaknya Metaverse adalah generasi selanjutnya setelah internet 2.0 yang sekarang mendominasi teknologi komunikasi.
Film Ready player One ini diangkat dari novel yang dirilis tahun 2011, bercerita tentang dunia virtual bernama OASIS(Ontologically Anthropocentric Sensory Immersive Simulation) yang membebaskan para pemain untuk menjadi apapun yang dia impikan. Ada yang memilih avatar berupa robot yg menyerupai gundam, superhero, binatang dll.
Untuk masuk ke dalam dunia OASIS tersebut gamers harus menggunakan alat-alat kusus termasuk Headset Virtual Reality seperti terlihat dalam gambar ilustrasi. Dalam game tersebut para pemain bertanding untuk mencari telur Paskah Emas. Dengan menemukan telur tersebut pemain pertama yang mendapatkannya akan memiliki game OASIS. Syarat untuk menemukan telur tersebut para pemain membutuhkan tiga kunci yang sukar untuk didapat karena penuh teka teki.
Player yang bermain game OASIS ini tidak hanya perorangan, ada juga perusahaan Innovative Online Industries (IOI) yang akhirnya jadi rival berat tokoh utama Wade Watts alias Parzival. Dalam film ini Parzival berkonsentrasi penuh saat bermain dan memperhatikan detail petunjuk yang ada. Kesuksesan dia didukung dengan pola pikir tidak biasa dalam menyelesaikan tantangan dalam game untuk mendapatkan 3 kunci yang akhirnya menjadi telur Paskah.
Film ini berlatar tahun 2045 dengan keadaan dunia tidak lebih indah daripada game. Namun di ujung cerita penonton diajak untuk mencintai kehidupan nyata dan berani menghadapi kenyataan walaupun tak seindah game.Â
Saya pikir dalam kehidupan nyata, dalam bekerja, sekolah, berwirausaha jika ingin meraih kesuksesan memang harus bersungguh-sungguh, fokus dan detail dalam mengerjakan tugas. Cara-cara yang monotone nyatanya tidak mengarah pada kesuksesan. Terkadang harus menempuh jalan agak berbeda, walau dicemooh atau dianggap aneh tapi jika itu jalan menuju kesuksesan seharusnya kita menempuh jalan ini tanpa ragu.
Semakin kesini memang dunia maya bisa jadi semakin mendominasi waktu produktif kita. Bila terlalu mencintai dunia maya, bisa jadi kita jadi lupa daratan dan tidak bisa menikmati dunia nyata. Padahal hidup ini singkat, perlu mengatur waktu agar ada keseimbangan antara hidup di dunia nyata dan dunia maya.
Btw film yg disutradarai Steven Spielberg ini sukses berat lho, dengan biaya produksi 175 Juta Dollar berhasil meraih pendapatan kotor setidaknya 580 Juta Dollar. Saya jadi penasaran akankah ada kelanjutan sequel dari film ini? Saya harap sih ada ya, terutama saat teknologi metaverse sudah semakin menyebar luas diseluruh dunia.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H