Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Novelis di Era Industri 4.0

4 Januari 2021   22:01 Diperbarui: 4 Januari 2021   22:37 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu saya berpikir bahwa menjadi novelis itu ya harus melalui seleksi naskah yang lama di penerbit besar. Karyanya terpanjang di toko buku offiline di kota kota besar. Lalu karyanya diangkat menjadi film seperti Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan juga Critical Eleven karya Ika Natassa. Sampai saya mengenal Dewi Lestari yang memasarkan novelnya secara indie. Ternyata ada alternatif selain melalui penerbit mayor.

Belum selesai sampai disitu saya berkenalan dengan seorang penulis yang novelnya laris di bagian book di Playstore android. Berawal dari menulis novel dan minta diterbitkan secara self publish, akhirnya dia memberanikan diri untuk jadi penerbit indie publisher.

Penulis lain bisa menyerahkan naskahnya secara gratis dan pasti terbit di playstore sepanjang tidak melanggar ketentuan yang sifatnya umum. Naskah itu diberi cover sendiri lalu disimpan dalam format pdf dan dijual di Playstore. Apabila ada penggemar yang ingin membaca secara fisik, teman saya itu cukup mencetak sesuai kebutuhan ke rekanan percetakan buku yang sudah jadi rekanan.

Umumnya pesanan buku cetak dilakukan secara kolektif dengan sistem pre order. Dari tempat percetakan itu buku langsung dikirim ke pembaca tanpa perlu dikirim ke teman saya yang jadi penerbit. Karena teman saya tinggal di Kalimantan, sedangkan percetakan ada di Jawa Timur. Seolah segalanya jadi mungkin.

Ternyata perkembangan menjadi novelis di era industri 4.0 tidak berhenti sampai di situ. Ada aneka plafform digital yang bisa menjembatani novelis pemula untuk berkarya sekaligus menghasilkan uang. Contohnya seperti aplikasi Komunitas Bisa Menulis, Joylada dan NovelMe.

Dari aplikasi itu penulis bisa mendapatkan uang tidak hanya dari penjualan novel, melainkan juga bisa menerima hadiah dari pembaca dalam bentuk icon yang ujungnya bisa di Rupiahkan. Penulis juga mendapatkan feedback langsung dari karya yg dia buat dari komentar para pembaca. Sehingga penulis terbantu lebih cepat untuk riset membuat novel yang disukai banyak pembaca.

Berbeda dengan mengirim novel ke penerbit mayor yang naskahnya harus sudah jadi, menggunakan aplikasi untuk menulis novel membuat penulis bisa mencicil tulisannya per halaman atau per BAB. Karena kendala seorang penulis umumnya adalah tidak ada mood untuk menulis. Tidak semua penulis sanggup menulis setiap hari. Aplikasi ini benar-benar menjadi jalan tengah menjembatani antara pembaca dan penulis.

Menurut saya kedepannya aplikasi masih bisa dikembangkan lagi untuk bermacam-macam keperluan. Misalnya memasang iklan dengan penyesuaian target pembaca novel. Misal iklan hanya muncul pada pembaca novel horror, atau pembaca novel romance. Jadi pengiklan bisa tepat sasaran dalam memasang iklan di platform tersebut.

Tambahan fitur print on demand dan dikirim via e-commerce yang menawarkan gratis ongkir akan menjadi nilai plus untuk pembaca yang menginginkan versi cetak novel yang mereka baca. Aplikasi tersebut bisa bekerjasama dengan perusahaan percetakan di seluruh Indonesia atau mendirikan sendiri percatakan buku sebagai bagian dari pengembangan usaha.

Memang belum banyak pemberitaan novelis sukses meraup jutaan rupiah dibandingkan dengan berita youtuber yang kaya raya dari youtube. Namun saya yakin kedepannya menjadi novelis di era 4.0 juga bisa jadi profesi idaman yang diinginkan remaja dan juga orang dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun