Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Iklan Jokowi di Bioskop, Kampanye atau Sosialisasi Pemerintah?

12 September 2018   22:11 Diperbarui: 13 September 2018   09:14 2372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa politisi ramai-ramai mencibir iklan Jokowi yang tayang di bioskop. Pada intinya mereka keberatan dengan penayangan iklan resmi pemerintah yang begitu menonjolkan hasil kerja pemerintahan Jokowi. Contohnya seperti politisi Fadli Zon dalam cuitan di twitter meminta iklan di bioskop tersebut dicopot.

Video bertajuk 2 musim 65 bendungan bercerita tentang seorang petani yang sangat terbantu oleh pembangunan waduk. Biasanya sang petani itu hanya panen sekali dalam setahun. Setelah ada waduk dia bisa panen hingga dua kali tepat waktu karena suplai air melimpah. Di ujung video ada suara pak Jokowi yang menjelaskan tentang kunci ketahanan pangan di Indonesia adalah suplai air yang cukup ke lahan pertanian.

Saya pribadi di Kalimantan Selatan setidaknya sudah 2 bulan melihat video itu. Yang di bioskop tidak sepanjang yang ada di youtube. Seingat saya sejak bulan Agustus 2018 saya sudah lihat iklan pemerintah itu di Bioskop XXI Banjarmasin. Waktu akhir pekan kemarin saya nonton film horror fenomenal The Nun, saya juga kembali melihat iklan pemerintah itu.

Saya tahu pak Jokowi gemar membangun infrastruktur, hanya yang paling sering saya dengar adalah pembangunan jalan TOL dan jalan trans luar jawa. Karena memang itu yang paling sering dimuat di media dan juga diperbincangkan di sosial media.

Cuitan Fadli Zon di Twitter | Dokumentasi Pribadi
Cuitan Fadli Zon di Twitter | Dokumentasi Pribadi
Saya tidak menyangka kalau pemerintahan Jokowi membangun waduk sampai begitu banyak. Saya pribadi juga tidak merasa terganggu melihat iklan itu. Walau lebih dari sekali saya melihatnya, jujur saya merasa biasa saja. Mungkin karena saya hanya rakyat biasa yang tidak berpolitik praktis jadi tidak ada rasa tersaingi melihat iklan itu.

Secara pribadi saya menilai iklan tersebut memang murni komunikasi pencapaian pemerintah kepada publik. Karena tidak mengandung narasi ajakan untuk kembali memilih Jokowi secara verbal maupun visual.

Wajar saja pemerintah ingin memberi tahu apa yang telah dikerjakan kepada masyarakat. Supaya rakyat jadi tahu apa saja sih yang dilakukan pemerintah selama hampir 5 tahun berkuasa di negeri kita tercinta.

Namun bila saya seorang politisi saya pasti melihat itu sebagai iklan bukan sosialisasi. Karena dari judulnya seolah sudah menyiratkan 2 periode. Seolah iklan itu berkata, jika Anda suka dengan pembangunan ini, maka pilihlah Jokowi agar program ini terus berlanjut.

Seharusnya yang politisi waspadai bukanlah iklan di bioskop ini. Melainkan justru dampak elektoral dari orang-orang yang berubah hidupnya menjadi lebih baik karena program pemerintah. Saya yakin mereka akan memilih Jokowi di 2019.

Sama seperti saat pak SBY menaikan kesejahteraan guru. Saya yakin banyak guru yang semakin sejahtera hidupnya ingin pak SBY kembali menjabat pada pemilihan berikutnya.

Kubu pesaing sendiri tidak pernah saya lihat iklan yang mengatakan akan melanjutkan program pembangunan Jokowi. Lebih sering saya lihat mereka sibuk menyampaikan keadaan ekonomi sekarang yang dianggap makin susah di bawah kepemimpinan Jokowi. Lalu mereka juga menyampaikan tentang turunnya nilai tukar rupiah yang mendongkrak harga beberapa komoditas.

Tantangan terberat oposisi Jokowi bukanlah media-media yang memberitakan kinerja pemerintahan Jokowi. Tantangan terberat mereka justru program-program pemerintah yang membuat masyarakat hidupnya lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun