Tidak seorangpun yang ingin jatuh sakit. Apalagi disaat-saat genting, saat yang menentukan dalam hidup pasti kita ingin berada dalam kondisi fisik dan psikis yang sehat. Saya ingin berbagi tentang pengalaman saya mengikuti pendidikan kesamaptaan di Bandung.
Dua setengah tahun yang lalu saya mengikuti pendidikan kesamaptaan yang diadakan oleh kantor tempat saya bekerja. Memang ini adalah salah satu syarat agar saya diterima sebagai karyawan tetap perusahaan. Kegiatannya hampir-hampir seperti menjadi tentara selama satu minggu.
Dalam jangka waktu tersebut saya sama sekali tidak bisa dihubungi oleh siapapun. Rambut panjang harus dipotong sampai hampir terlihat gundul. Memakai seragam warna hijau, dan aneka aksesoris bak tentara seperti sabuk, sepatu, dan topi.
Saya cukup percaya diri dengan fisik dan psikis saya. Saya rutin berlatih sebelum memulai pendidikan. Baris-berbaris sudah lihai sejak SMP, fisik seminggu 2-3 kali saya tempa. Dengan mencari info tentang kegiatan selama disana dan memikirkan strategi untuk menghadapinya membuat saya semakin mantap secara psikis.
Ada beberapa bis berangkat dari LPPI Kemang Jakarta. Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya sampailah kami ditempat tujuan tempat pendidikan TNI AD. Semua kegiatan berhasil saya lalui dengan baik. Mulai dari baris-berbaris, lomba berkelompok, aneka aktivitas outbond serta naik turun bukit "mak lampir". Disebut demikian karena kawasan itu dulunya digunakan untuk syuting sinetron "misteri gunung merapi" yang khas dengan tokoh mak lampir.
Jumat itu menjelang ujian akhir saya berjalan lagi menuju bukit mak lampir. Sungguh melelahkan, disana kami bertanding paint ball. Saya berhasil menembak beberapa kali musuh-musuh saya. Kemudian kegiatan terus berlanjut hingga malam hari. Hujan tidak berhenti sejak siang, saya menggunakan jas hujan yang diberikan pada saya. Cuaca tentu saja menjadi dingin. Badan lelah hingga akhirnya saya merasa kurang nyaman dan kedinginan. Badan saya menggigil kedinginan dan gemetaran.
Salah seorang rekan teman mengingatkan kalau saya sudah mau jatuh sakit. Gawat! Itu yang ada dibenak saya. Karena ini sudah sampai penguhujung dan sebentar lagi adalah ujian akhir. Rekan saya menyarankan saya minum tolak angin. Tidak pikir panjang saya langsung minum saja tolak angin. Beberapa saat kemudian saya merasakan perbedaan.
Badan saya sudah tidak menggigil lagi dan saya melanjutkan aktivitas selanjutnya. Saya harus mengahafalkan satu paragraf kalimat rahasia dan berjalan ditengah gelapnya hutan mengikuti tali rafia warna putih sampai ke ujung. Kurang lebih sekitar 5 kilo meter saya berjalan ditengah malam dalam gelap di hutan mak lampir tanpa alat penerangan apapun.
Ditengah jalan ada banyak pos-pos pencobaan. Mulai dari kuburan buatan sampai dengan hantu jadi-jadian yang tujuan menakuti saya. Saya tidak takut dengan hantu jadi-jadian, hanya khawatir kalau ada hantu beneran yang mengikuti saya. Jadi saya menyanyi lagu rohani sepanjang perjalanan. Itu membuat saya lebih percaya diri. Akhirnya saya berhasil sampai ke ujung dan menyampai pesan rahasia satu paragraf itu tanpa bocor sama sekali. Teman-teman saya banyak yang membocorkan informasi rahasia ditengah jalan karena diperdaya saat di pos-pos pencobaan.
Besoknya kami ada upacara kelulusan dan inagurasi. Kebetulan saya pasukan bersenjata. Jadi saya bertugas untuk tampil sebagai pasukan senam senjata. Ditengah hujan rintik-rintik saya memainkan M16 ditengah barisan dan disaksikan banyak orang. Semua berjalan lancar dan kami dinyatakan lulus hingga larut dalam kegembiraan.
Tiba saatnya pengumuman kelulusan. Semua berkumpul di auditorium. Satu persatu nama peserta dipanggil kedepan, bersalaman dan mendapatkan ijazah. Saya mendapatkan nilai yang baik dan komentar yang baik dari komandan dalam sertifikat kelulusan saya. Tentu semua ini tidak akan saya dapat andai saya jatuh sakit pada saat ujian akhir. Sampai kembali di Jakarta saya sehat dan hanya istirahat sejenak lalu kembali aktivitas seperti biasa. Terima kasih tolak angin dan juga sahabat saya yang memberi saya tolak angin.