Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Administrasi - Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Seribu Satu Alasan

29 Juni 2020   14:43 Diperbarui: 29 Juni 2020   15:03 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemauan atau tekad melaksanakan sebuah pekerjaan itu amatlah penting. Jika tidak ada kemauan, sesorang dapat membuat seribu satu alasan untuk berkilah dari sebuah pekerjaan yang sudah dibebankan kepadanya atau yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam beberapa pepatah, tergambar bahwa kemauan itu adalah modal utama. Seperti banyak jalan menuju Roma, dan di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

Dulu, saat belum punya laptop, mungkin kita pernah berandai; 'kalau ada laptop, mungkin setiap hari dapat menghasilkan tulisan. Sekarang masih pinjam milik teman, terkadang lagi ada ide menulis, tidak ada laptop'. 

Apa yang terjadi ketika laptop sudah dapat kita beli dan miliki? Ternyata sama kondisinya dengan sebelum punya laptop. Bahkan parahnya, laptop baru digunakan untuk bermain game. Alasannya banyak; kita tidak bisa menulis di tempat yang ramai, butuh tempat yang nyaman, dan sebagainya. Ini tanda bahwa kemauannya tidak kuat sehingga ada beragam alasan.

Sebelum ada handphone atau minimal jam alarm, sebagian orang mungkin pernah mengeluh tidak bisa bangun tepat sesuai dengan yang direncanakan. Dia membayangkan seandainya ada alat yang bisa diprogram untuk bisa mengeluarkan bunyi keras pada waktu yang telah diprogramkan, pasti bisa bangun tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan. 

Ternyata setelah ada teknologi yang mendukung niatnya, seperti hp atau minimal jam alarm, tetap saja tidak bangun tepat waktu, padahal dia sendiri yang mengatur alarmnya. Parahnya alarm dimatikan, dan dia pun tidur lagi, mendengkur pula.

Banyak contoh seperti ini yang barangkali dapat dilihat, atau mungkin kita alami sendiri. Kalau kemauan lemah itu pasti tidak pernah menghasilkan kerja yang maksimal. Atau bahkan pekerjaan itu sama sekali tidak akan pernah terwujud. Kemauan lemah itu sama dengan malas, dan malas itu akan mendatangkan beragama alasan sebagai upaya pembelaan untuk menegaskan kenapa sebuah pekerjaan batal kita lakukan.

Maka niat itu penting. Kalau niatnya kuat, dengan segala kekurangan bahkan kita pasti berusaha melakukannya. Tapi, kalau niatnya tidak ada, fasilitas pendukung selengkap apa pun akhirnya tidak berarti, karena memang niat untuk melakukannya sangat lemah. 

Benar apa yang disabdakan Nabi Saw dalam salah satu haditsnya, bahwa setiap pekerjaan itu tergantung niatnya. Dalam psikologi ini disebut dengan motivasi. Yakni dasar yang melatarbelakangi perbuatan kemudian menggerakkan pikiran dan anggota tubuh kita untuk mewujudkan niatnya.

Jadinya, kualitas amal, kreativitas, produktivitas dalam berbagai pekerjaan sangat ditentukan oleh kekuatan niat. Niat menjadi sumber utama energi yang mampu menggerakkan pikiran dan perbuatan seseorang untuk mewujudkannya, siap menghadapi berbagai tantangannya, dan pantang menyerah sebelum dia berhasil. Maka kalau ingin pekerjaan sukses, kuatkan dulu niat, sebab niat yang lemah akan melahirkan proses dan hasil kerja sekedarnya. Dan ketika itu gagal dilakukan, kita membuat bermacam alasan. Semoga bermanfaat. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun