Dua hal saja yang didisiplinkan untuk menumbuhkan keberagamaan yang kuat pada diri anak. Yakni bagaimana agar anak disiplin mendirikan shalat yang lima waktu dan diajarkan al-Qur'an (bagi yang menganut agama lain menyesuaikan tentunya).
Untuk pengembangan bakat, orangtua cukup berusaha semaksimal mungkin menyediakan fasilitas yang memadai bagi anak. Kalau yang hobi melukis, usahakan lengkapi alat lukisnya.Â
Kalau ada yang hobi musik, maka belikan alat musiknya. Intinya usahakan segala keperluan mereka dapat disediakan. Tentu lebih mantap lagi kalau orangtua memiliki pengetahuan dan menguasai apa yang menjadi bakat anak, sehingga dia dapat mengembangkan bakat si anak secara maksimal.Â
Materi selanjutnya adalah pengembangan dan penguatan nilai-nilai kearifan lokal. Umumnya di rumah kita berkomunikasi dengan bahasa daerah masing-masing dan menerapkan pola-pola umum yang berkembang dalam budaya kita. Kecuali mereka yang nikah silang mungkin sudah tidak lagi berkomunikasi dengan bahasa daerah. Salah satu kekhasan kearifan lokal adalah kaya akan nilai-nilai. Maka inilah yang coba dikuatkan dan digunakan menjadi pendekatan metodologis selama penyelenggaraan pendidikan di rumah masing-masing.
Adapun materi yang terakhir berkaitan dengan kesehatan. Orangtua harus memberikan kesadaran pada anak akan pentingnya hidup bersih dan sehat dalam upaya mencegah penularan covid-19. Bahkan lebih dari itu, orangtua harus menyadarkan anak bahwa tanpa corona pun kita harus menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Bagi keluarga yang muslim dapat memberikan contoh pola hidup bersih dan sehat ini melalui materi agama seperti thaharah, wudhu, dan lain-lainnya.
Ketiga, proses pembelajaran tentu harus menggunakan pendekatan dan metologi. Untuk lingkup pendidikan informal, metode yang paling mumpuni ada dua; yakni uswah (keteladanan), serta habituasi (pembiasaa). Materi agama seperti dalam mengajarkan ibadah shalat, tidak mungkin diajarkan melalui metode ceramah atau diskusi, kecuali sekedar memperkenalkan teorinya sekilas. Selanjutnya orangtua harus mempraktikkan bagaimana kaifiyah shalat, agar anak dapat menyaksikan dan mengikutinya.
Dalam berkomunikasi juga demikian, usahakan orangtua dapat menggunakan bahasa-bahasa yang halus dan santun. Ini juga sangat berpengaruh pada penumbuhan karakter anak. Terkadang ada orangtua yang berbicara kasar pada anaknya. Dia merasa bangga ketika anaknya menakuti dia. Ini adalah pola komunikasi keluarga yang buruk antara orangtua dan anak.
Pembiasaan untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat adalah hal yang sangat mendasar dalam keluarga. Kebiasaan baik yang dibangun dalam sebuah keluarga sejak kecil, itu akan membekas dan berpengaruh pada diri anak hingga mereka dewasa. Misalnya kebiasaan orangtua yang rajin bersilaturrahmi dengan tetangga dengan cara ikut aktif dalam berbagai kegiatan di kampungnya. Banyak sedikitnya anak akan terbawa dengan kebiasaan ini. Demikian halnya dengan kebiasaan buruk, tentu kita tidak menginginkannya.
Terakhir, banyak pelajaran berharga yang kita peroleh dari covid ini, terutama terkait dengan pendidikan dalam keluarga. Selama ini banyak yang tidak pernah merasakan bagaimana sulitnya menjadi seorang guru, kini kita bisa merasakannya. Ternyata menjadi guru itu susah. Selain itu, ternyata banyak di antara kita selama ini yang terlalu banyak menghabiskan waktu bersama sahabat maupun teman kerja.Â
Terlalu sedikit waktu yang kita sisihkan buat anak-anak kita. Kita berpikir cukup mememenuhi kebutuhan fisik mereka, padahal yang lebih mereka butuhkan adalah kebutuhan psikis; perhatian, curahan kasih sayang, dan pendampingan.
Barang kali inilah satu hikmahnya, kita menyadari akan pentingnya keluarga. Kenapa kita merasa jenuh berada di rumah saja? Itu tandanya kalau selama ini kita lebih banyak beraktivitas di luar rumah. Sekarang suka tidak suka, kita harus belajar banyak tentang peran dan tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak, dan kita harus belajar menjadi sosok pendidik sejati bagi anak-anak kita. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bishawab!