Mohon tunggu...
Yohanes Arkiang
Yohanes Arkiang Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Pembungkus Embun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harapan Baru bagi Warga Desa Siru dan Desa Wae Wako

15 Juli 2018   00:11 Diperbarui: 15 Juli 2018   00:34 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah jembatan gantung asimetris yang terletak di Desa Siru, kecamatan Lembor, Manggarai Barat (NTT). Jembatan gantung ini menghubungkan dua desa; desa Siru dan Wae wako.

 Namun dibalik keindahan alam di sekitarnya, sungai yang mengalir tenang di bawahnya ternyata pernah memakan korban jiwa. Menurut warga setempat, sebelum adanya jembatan gantung tersebut, sejak tahun 1985 korban terhanyut banjir dan termakan buaya buas tercatat 25 orang.

Menjawab keluhan masyaratkat bertahun-tahun, pada tahun 2017 lalu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) akhirnya berhasil memuaskan warga kedua desa tersebut dengan membangun sebuah jembatan gantung. Jembatan gantung judesa ini berbentuk asimetris. Sebuah teknologi jembatan gantung judesa yang menerapkan sistem satu pylon dan komponen modular prefabrikasi.

Warga desa Siru dan desa Wae Wako tentu sangat bahagia dan besyukur atas adanya jembatan yang panjangnya 62 meter ini. Sebelumnya mereka harus menyebrangi sungai dengan menggunakan perahu seadanya dan bahkan tanpa perahu sekalipun sehingga rentan terjadi kecelakaan. Sekarang jarak yang harus ditempuh warga hanya sejauh 5 km dari sebelumnya 15 km menuju ibukota kecamatan yang merupakan pusat perekonomian masyarakt desa. 

Kedua desa tersebut sangat potensial dari segi perekonomian. Kemiri, jagung, dan jambu mete merupakan penghasilan utama masyarakatnya.

Dengan bentangan kokoh jembatan gantung judesa ini, aktivitas perekonomian dan kebudayaan warga desa Siru dan desa Wae Wako yang dikenal ramah ini menjadi lebih mudah dan terjangkau.

Menariknya keberadaan jembatan gantung yang dibangun memakan biaya 1,5 miliar ini, menjadi spot wisata foto baru bagi masyarakat milenial di sekitarnya. Memang jembatan gantung ini terletak di antara dua bukit yang indah dan dibelahi oleh aliran sungai Wae laci. Para penggila swafoto pun tak mau kehilangan momen kala melewati atau sengaja mengunjungi jembatan gantung ini.

Kini warga desa Siru dan Wae Wako menjalani aktivitasnya dengan sangat lancar. Harapan baru pun muncul berkat adanya jembatan yang diresmikan pada 28 April 2018  ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun