"Kalau didenda, SSB atau akademi-nya yang mules, sementara pemain dan ofisialnya tenang saja. Mereka bisa pindah dari tim itu kapan saja, tapi klub yang kelimpungan menanggung dendanya," kata Gede.
Gede Widiade yang pernah memiliki dan memimpin beberapa klub, baik di Liga 1 dan Liga 2 berharap masalah denda di Piala Soeratin bisa ditinjau lagi oleh PSSI.
Peran dan tanggungjawab Asprov terhadap hal itu semesti lebih mengemuka. SSB atau akademi sudah mewakili daerah (provinsi), mereka juga harus "dibela" termasuk soal besarnya denda yang jelas memberatkan itu.
Para orangtua pemain pun harus lebih mendapatkan edukasi bahwa pelanggaran di lapangan memang harus mendapatkan hukuman. Jangan malah membuat suasana memanas, misalnya seperti mendukung keributan dan berteriak akan membayar denda.
Baik Bung AR maupun Gede Widiade mengingatkan, jangan sampai nanti ada persepsi dari masyarakat bahwa turnamen mencari talenta-talent muda jadi ajang mengumpulkan uang dari denda.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H