Tentang statusnya sebagai menantu El Loco, julukan sang mertua, Rontini menganggap hal itu sebagai dua sisi. Selain merupakan hal yang memberi keistimewaan tertentu, juga pada saat yang sama memberi beberapa tekanan.
"Tetapi bagi saya sungguh menyenangkan memiliki sosok seperti dia di sisi saya. Di mana kami sering membicarakan aspek-aspek yang perlu saya tingkatkan dan menganalisis tim lain," tambahnya.
Pengalaman
Bisa dikatakan sepakbola segalanya bagi Rontini. Ia menyukai olahraga ini sedari kecil.
"Saya menyukai segala sesuatu tentang permainan itu sendiri, dan khususnya semua aspeknya: adrenalin yang saya rasakan setiap kali melangkah ke lapangan, kompetisi dengan lawan saya, pengorbanan yang Anda lakukan setiap hari untuk meningkatkan diri," tuturnya.
"Saya suka suaranya bola saat ditendang, dan aroma rumput di lapangan yang baru dipotong. Seperti obsesi yang saya rasakan terhadap permainan sepak bola."
Filosofi dari lapangan, atmosfir pertandingan dan bau rumput yang baru dipotong tak berbeda dengan yang dirasakannya sebagai pengagum Ronaldinho, Cristiano Ronaldo dan Zidane.
Ketiganya, katanya, memberikan segalanya untuk olahraga ini. Sebelum menjadi legenda dan ikon, mereka sangat menyukai olahraga ini dari A hingga Z. Itu yang ia kagumi dari mereka.
"Pastinya semangat, dedikasi dan konsistensi mereka," ujarnya.
Kecintaan pada sepakbola itu juga mengantarnya berkiprah di beberapa klub dalam usianya yang terbilang muda, kini 25 tahun. Rontini punya banyak pengalaman sejak mulai meretas perjalanannya sebagai pesepakbola profesional.