Persik Kediri di depan pendukungnya sendiri, saat menjamu Arema FC di pekan kesepuluh BRI Liga 1 2022/2023, Sabtu (17/9/2022) lalu tak hanya menghadirkan luka tapi juga blunder konyol dari manajemen klub berjuluk Macan Putih itu.
KekalahanDi Stadion Brawijaya, Kediri, Macan Putih dipermalukan 0-1 oleh Arema FC yang dilatih oleh Javier Roca. Tak hanya menghadirkan tambahan luka, karena kekalahan itu menambah deretan catatan Macan Putih tidak pernah menang dalam sepuluh laga.
Tidak pernah menang di laga kesepuluh itu terasa pahit karena dihadirkan oleh Roca yang notabene mantan pelatih Persik musim ini. Setelah tiga laga awal kompetisi tidak menghadirkan kemenangan, Roca diberhentikan. Keputusan yang tergesa-gesa, dan tidak diketahui apa latar sebenarnya yang terjadi.
Blunder yang dilakukan manajemen Persik, yang saat ini dinaungi oleh PT Astra Asia Global (PT AAG) sebagai pemilik saham mayoritas Persik adalah pernyataan dari Media Officer (MO), Hariyanto tentang insiden pemukulan suporter Arema FC.
Dalam unggahan video setelah derby Jatim itu, ada dua orang mengenakan rompi warna pink ikut memukul Aremania yang sedang diamankan oleh pihak keamanan. Kejadian itu lalu ditanggapi oleh Panpel Persik lewat MO dengan mengeluarkan rilis, dengan menyebut "oknum media" sebagai pelakunya.
"Kami mengutuk keras aksi yang kami juga belum bisa memastikan apakah benar dilakukan dari oknum media tersebut. Saat ini kami terus melakukan pendalaman dan mencari tahu siapa pelakunya."
"Namun sebagai panpel dan media officer Persik Kediri, saya menghaturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Kejadian ini merupakan pengalaman berharga dan kami berharap yang terakhir kalinya serta tidak terulang lagi kedepannya," kata Media Officer Persik Kediri, Haryanto, Minggu (18/9/2022). Rilis sehari setelah laga.
Jelas para jurnalis Kediri meradang. Istilah 'oknum media' merupakan tudingan yang tidak berdasar semata dengan tayangan video yang memperlihatkan rompi warna pink. Rompi yang biasa dipakai oleh fotografer saat peliputan pertandingan.
Puluhan wartawan yang tergabung dalam PWI, AJI, IJTI, dan Pewarta Foto mendatangi Mes Pemain Persik di Jalan PK Bangsa Kota Kediri.
Pertemuan tersebut berlangsung selama dua hari beruntun pada, Senin (19/9/2022) dan Selasa (20/9/2022). Hari pertama, para pewarta itu mengajukan empat tuntutan ke Panpel Persik, dan mengajukan tuntutan pelaku pemukulan ditemukan dalam waktu 1x24 jam.
Selain mengumumkan hasilnya ke publik pelaku juga wajib meminta maaf ke berbagai pihak.
MO Persik pun diminta untuk menyampaikan permohonan maaf karena sudah menyebut 'oknum media' dalam rilisnya. Â
Dalam pertemuan kedua, keesokan harinya, berakhir buntu. Ketua Panpel, Abriadi Muhara tidak bisa menghadirkan pelaku pemukulan hingga pukul 13.00 WIB, dengan alasan kondisi psikologisnya usai insiden itu.
"Apakah Ketua Panpel tak memperhitungkan psikologis teman-teman media akibat peristiwa ini? Ini menyangkut citra media di Kediri. Apakah Panpel tak memikirkan tugas jurnalistik kami bila kami meliputi ke Malang atau kota-kota lain di Liga 1 nanti," tutur Ketua IJTI Korda Kediri Roma Duwi Juliandi.
Selain menyebut alasan psikologis, Abriadi Muhara juga mengatakan pelaku masih bekerja. Dia minta pertemuan dengan pelaku jam 19.00 WIB, tapi tidak dipenuhi oleh para wartawan. Selanjutnya, puluhan jurnalis pun mendatangi Mapolres Kediri Kota untuk melaporkan kasus yang dinilai mencederai profesi itu.
Satu hal yang menarik dari pernyataan Abriadi itu adalah pengakuan bahwa pelaku bukan wartawan, melainkan content creator atau Youtuber.
"Saya sampaikan pelaku bukan wartawan. Tapi content creator atau Youtuber. Saya tak bisa sebutkan insial nama dan akun Youtube-nya. Saya juga tak tahu, apakah dia dari Kediri atau kota lain. Karena saya belum dapat informasi terkait itu," ujarnya, dilansir dari bola.com
Apa yang menarik dari perkara itu?
Penyebutan 'oknum media' dalam rilis yang dikeluarkan oleh MO Persik Kediri jelas merupakan ketergesaan, seperti halnya mereka menendang Javier Roca dari kursi kepelatihan.
MO tidak hanya menjadi penghubung antara tim yang sedang berlaga di kandangnya, tapi lebih dari itu harus informasi yang akurat terkait perkembangan tim ke media dan fans. MO adalah wajah sebuah klub, dan pada akhirnya menjadi cermin perusahaan yang membawahi klub itu.
Dalam rilis misalnya, akan tercermin sejauh mana kualitas penulisan (dengan data-data), yang bisa diartikan kualitas sumber daya manusia perusahaan itu juga.
Seperti pernah disampaikan oleh Andi Widya Syadzwina, yang pernah menjadi media officer PSM Makassar,Â
"Saya harus intens berhubungan dengan pelatih, ofisial, dan CEO PSM untuk menggali informasi dari mereka untuk diteruskan ke media," kata Wina yang pada Liga 1 2017 merupakan satu-satu MO wanita.
MO pun harus berjiwa besar, mampu mengambil keputusan, , memberi masukan ke manajemen klub (dan perusahaan) selain membina hubungan baik dengan kalangan media. Hubungan yang memperlakukan media sebagai partner, bertukar pikiran dan sumber informasi.
Jika sudah mengakui bahwa pelaku pemukulan itu jelas bukan dari media, Persik Kediri mestinya segera mengeluarkan rilis meminta maaf kepada para wartawan atas kesalahan menyebut 'oknum media'.
Permintaan maaf ke kalangan media saat pertemuan belumlah cukup, harus diikuti dengan rilis karena itu menunjukkan kebesaran jiwa, dan juga bisa mengurangi kegeraman wartawan atas kekonyolan yang terjadi.
Selain blunder istilah 'oknum media', pengakuan bahwa pelaku itu content creator atau Youtuber jelas menimbulkan pertanyaan tersendiri.
Pertama, bagaimana Youtuber bisa mendapat akses setara jurnalis (fotografer) di lapangan? Rompi pink itu jumlahnya terbatas, dibagikan oleh Panpel Persik ke wartawan yang sudah ada dalam daftar mereka. Jika belum ada, misalnya ada yang mendapat liputan dari kota lain, tentu ada kartu pers yang ditunjukkan.
Apakah Youtuber itu orang dekat, keluarga atau teman, dari Panpel? Tentu tidak mungkin dia sedang mampir di Persik dan ingin bikin konten untuk meningkatkan viewer Youtube-nya, lalu ke stadion dan minta rompi.
Bagaimana PT Liga Indonesia Baru (LIB) bersikap terhadap hal ini, lolosnya Youtuber memakai rompi yang khusus untuk fotografer, menarik untuk dinanti.
Kedua, bagaimana Abriadi sebagai Ketua Panpel Persik tidak tahu apakah Youtuber itu memang warga Kediri atau bukan? Sedangkan dia sendiri mengatakan pelaku itu belum bisa hadir saat dalam pertemuan Selasa (20/9/2022) karena bekerja. Tanpa menyebutkan bekerja di Kediri atau kota lain.
Jika memang pelaku mengalami dampak psikologis setelah insiden di stadion itu, bagaimana ia bisa ke kantor untuk bekerja, tapi tidak bisa menemui kalangan media?
Pengaduan ke Mapolres Kediri Kota untuk melaporkan kasus yang dinilai mencederai profesi jurnalistik itu bisa jadi akan menemui jalan buntu juga, atau mengalami kelambanan proses. Apapun, langkah yang dilakukan para wartawan itu merupakan tamparan tersendiri bagi manajemen Persik Kediri.
Mempertahankan hubungan baik dengan media tidaklah mudah. Butuh waktu dan effort tersendiri jika ingin memperbaiki keretakan yang sudah ada. Media juga yang membesarkan Persik Kediri, lama sebelum investor baru dari Jakarta membeli saham mayoritas Macan Putih.
Saat Persik Kediri dalam kondisi tidak baik-baik saja saat ini, menjadi juru kunci klasemen sementara hingga pekan kesepuluh, merendahkan profesi wartawan adalah kekonyolan yang sangat tidak berfaedah. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H