Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya kpmunitas yang masih eksis. Dan di beberapa sudut jalan juga masih sering dijumpai pengendara Vespa klasik bermesin  . Sementara versi modern dengan mesin matic juga sudah mulai banyak digunakan.
Om AW memulai koleksinya dengan membeli vespa modern buatan Vietnam dan Italia. Â Namun itu tak lama, karena ayah dua anak ini lalu tertarik dengan vespa klasik.
"Vespa itu sesuatu yang sederhana, tangguh, kuat dan penggunanya punya solidaritas tinggi,"tuturnya saat ditanya seperti apa vespa itu baginya
Tingginya solidaritas itu dikisahkannya saat ia bisa berkenalan dengan orang dari seluruh. Pernah juga saat membawa vespanya keliling di Kebayoran Baru, lalu mogok, ada penggemar vespa yang lewat dan membantunya.
Awalnya ia mengoleksi vespa modern seperti produk dari Vietnam lalu Italia. Saat itulah Om  AW banyak belajar mengenai vespa,hingga pada 2016 kesengsem dengan vespa klasik.
"Saya mulai dari nol untuk mengenal vespa. Ilmu bertambah sedikitlah,"tuturnya merendah.
Dalam dua tahun Om AW yang kini menjadi Direktur Keuangan PT Putra Sleman Sembada (PSS), perusahaan yang menaungi klub sepakbola kebanggaan masyarakat Sleman, PS Sleman, sudah memiliki 30 vespa. Satu dua dari luar negeri.
Dari pergumulan dengan vespa itu, Om  AW lalu beralih ke vespa antik orisinal. Sesuatu yang jadi incaran para kolektor vespa. Punya Vespa antik orisinal merupakan idaman banyak orang. Tak apa menghabiskan uang dan tenaga untuk berburu Vespa tua, yang penting dapat 'perawan" alias cantik bawaan lahir, bukan hasil restorasi.
Minat yang kemudian berubah saat komisaris independen salah satu perusahaan air mineral itu menemukan dan membeli vespa NOS (New Old Stock). Ini merupakan sebutan untuk barang baru buatan lama. Istilah ini juga dipakai di dunia otomotif untuk mengkategorikan kondisi suatu barang.
Vespa NOS ini memberikan tantangan tersendiri bagi para kolektor, karena susah didapatkan. Kalaupun ada sedikit saja jumlahnya.