Upaya sistematis itu yang coba diterapkan di Pasar Sambilegi lewat pembuatan Pasar Sambilegi Daring yang bisa diakses di https://pasarsambilegi.id. Situs itu dikembangkan oleh tim Pengabdian kepada Masyarakat Tanggap Darurat Covid-19 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM).
Pasar Sambilegi terletak di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Pasar ini termasuk pasar kelas B, yaitu pasar yang menjual berbagai sayuran, buah-buahan, daging ikan ayam, jajanan matang, bumbu, hingga barang-barang seperti peralatan dapur, pakaian, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Mengenai keamanan pasar, Pasar Sambilegi bisa dijadikan contoh karena pernah meraih juara I tingkat nasional sebagai Pasar Aman dari Bahan Berbahaya tahun 2018
Tim yang terdiri dari Hempri Suyatna (ketua) dan Achniah Damayanti, MA, Puthut Indroyono SIP, Matahari Farransahat, M.HEP dan Rindu Firdaus, SIP (anggota) tersebut bekerjasama dengan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (Pustek) UGM.
Selain memudahkan pedagang, situs itu juga memudahkan para pelanggan untuk mengakses berbagai macam informasi, seperti nama produk beserta fotonya, harga produk, hingga status pesanan. Bahkan, pada proses transaksi, pelanggan dapat memilih waktu pengantaran sehingga pelanggan leluasa untuk menyesuaikan dengan kebutuhannya.
Transaksi tersebut dapat diakses oleh warga yang berada di wilayah Kabupaten Sleman seperti Maguwoharjo, Caturtunggal, Condongcatur, Purwomartani, Tirtomartani, Selomartani, Tamanmartani, Kalitirto, Tegaltirto, Sendangtirto, Jogotirto, Banguntapan, Minomartani, Bokoharjo, dan Madurejo.
Menurut Hempri Suyatna yang juga dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM, untuk tetap memastikan kualitas pelayanan, kegiatan operasional dan pengantaran barang Pasar Sambilegi Daring akan dilakukan oleh tim khusus yang terdiri dari anggota Pra koperasi Pasar Sambilegi dan Paguyuban Pedagang Pasar Sambilegi.
Penunjukkan tersebut, menurutnya, bertujuan untuk memberdayakan mereka melalui berbagai pendampingan sesuai dengan jargon "Belanja Aman Pasti Nyaman".
Adanya pelayanan lewat situs itu bukannya tak mendapat hambatan yang menjadi tantangan tersendiri bagi para pedagang. Hal yang wajar karena mengubah kebiasaan warga dari tatap muka menjadi digital tidaklah mudah. Selain juga masih terbatasnya literasi digital warga.
Hambatan lain adanya anggapan (mindset) bahwa di dalam layanan daring/aplikasi barang yang ada sudah dipatok, tidak bisa ditawar. Tradisi tawar menawar (nyang-nyangan) menjadi hilang.
Tantangan tersebut juga diingatkan oleh GKR Mangkumi selaku Ketua DPW Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) wilayah Yogyakarta. Dalam diskusi daring bertajuk Kesiapan Pedagang Pasar Rakyat Menghadapi Era Digital, 15 Juli 2020, Selasa (14/7) ia menyatakan banyak pekerjaan rumah bagaimana menata pasar.