Wacana tak adanya degradasi dalam lanjutan kompetisi Liga 1 2020 pada September atau Oktober 2020 mendatang terus menghangat dan menjadi polemik. Beberapa klub bersuara dan PSSI memberikan tanggapannya.
Dalam wacana yang disodorkan PSSI ketika mengadakan rapat virtual dengan klub LIga 1 2020, Â ada opsi penghapusan degradasi dari 18 klub yang berlaga di Liga 1. Namun akan ada 2 tim promosi dari Liga 2, sehingga untuk Liga 1 musim depan pesertanya akan menjadi 20 klub.
Wacana tanpa degradasi itu dinilai oleh anggota komite eksekutif (Exco) PSSI, Hasani Abdulgani akan melanggar statuta. Ia mengatakan untuk menambah peserta klub Liga 1 musim depan menjadi 20 klub seharusnya diubah melalui kongres.
"Dalam statuta ada hak suara dari delegasi di mana Liga 1 diwakili 18 klub, Liga 2 diwakili 16 klub. Kalau diubah, berarti harus mengubah pasal tersebut. Kalau diubah harus ada kongres. Apa kita harus kongres dulu? Jadi banyak yang tidak paham mengenai opsi itu," ujar Hasani.
Tanggapan dari PSSI itu disampaikan oleh Ketua Umumnya, Mochamad Iriawan dan Plt.Sekjen, Yunus Nusi di dua kesempatan berbeda pada 11 Juni 2020. Menariknya, ada perbedaan alasan tidak adanya degradasi dari dua petinggi PSSI tersebut.
Mochamad Iriawan saat berbicara dalam webinar yang diselenggarakan LPEM FEB Universitas Indonesia pada Kamis (11/6) mengatakan, wacana penghapusan degradasi bagi klub Liga 1 saat kompetisi kembali digelar sekitar bulan September atau Oktober didasari atas rasa keadilan.
"Mengapa tidak ada degradasi? Kami kasihan nanti jika ada tim yang berasal dari daerah terdampak Covid-19 dan tidak maksimal mainnya. Nanti tim tersebut turun kasta," ujar Iriawan yang akrab dipanggil Iwan Bule.
Meski begitu, menurut Iwan Bule itu bukan merupakan keputusan final, apalagi terdapat sejumlah pihak yang menentang rencana tersebut dengan alasan melanggar statuta. PSSI masih memiliki waktu yang cukup panjang untuk membahas segala penyesuaian-penyesuaian agar liga berjalan tanpa masalah.
"Walaupun ada yang memprotes itu tidak ada di statuta, tapi kami koordinasi dengan semua pihak dan berkaca di sepak bola Jepang," kata dia.
Sedangkan menurut Yunus Nusi seperti dikutip dari laman resmi PSSI kompetisi tanpa degradasi itu tak melanggar Statuta PSSI. Menurutnya, harus dipahami pasal 23 Statuta PSSI secara teleologis [sosiologis] dan historis dibuat ketika masyarakat/komunitas/penyelenggara, pelaku, dan penonton bola menikmati kondisi normal tanpa pandemi Covid-19.
"Serta secara futuristik dan ekstensif juga, faktanya saat ini liga membutuhkan aturan tanpa degradasi sehingga menyebabkan liga 1 lebih dari 18 sebagai bentuk keadilan kompetisi," papar Yunus Nusi