Tak heran jika sepakbola kita makin tertinggal jauh, karena bangsa lain yang mengalami kemajuan pesat menghargai proses. Kita masih belum ke arah itu, main terabas dan suka yang instan tapi mengharapkan gelar juara.
Maka, membiarkan masyarakat cuek atau tidak peduli tidak bisa terus didiamkan karena itu menandakan rendahnya simpati dan antusiasme terhadap perkembangan PSSI. Segala program hebat yang dicanangkan seperti Pengembangan sepak bola nasional lewat filosofi sepak bola Indonesia (filanesia) atau Peningkatan kualitas wasit dengan mendatangkan Referee Asessor Course terbaik dari FIFA akan dicueki.
Memburuknya image itu pada gilirannya bisa berdampak pada dunia usaha yang merasa kurang menguntungkan menjadi sponsor berbagai kegiatan PSSI. Hal itu tak mengherankan karena mereka mau menaruh uangnya sebagai sponsor tentu tak cuma memperhitungkan besaran suporter tapi juga citra organisasi PSSI.
Jika pembiaran sikap apatis dari anggota PSSI dan masyarakat tetap dipelihara, maka tak banyak yang diharapkan akan hadir federasi yang Profesional dan Bermartabat. Reformasi sepakbola yang diinginkan Jokowi pun tinggal mimpi, setidaknya hingga selesainya kepengurusan tahun 2020 nanti. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H