Mohon tunggu...
JOHANNES BENEDICT FARREL
JOHANNES BENEDICT FARREL Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar sma

Suka bermain bola

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Membangun Karakter melalui Toleransi

22 November 2024   01:35 Diperbarui: 22 November 2024   04:18 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto (kamera William Henry)

Ekskursi 2024: Membangun Karakter Melalui Toleransi

"Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Itu hanya dapat dicapai melalui pengertian." Kata-kata Albert Einstein ini menjadi refleksi mendalam atas perjalanan ekskursi ke Pesantren Al-Ittifaq, Bandung. Sebagai siswa SMA Kolese Kanisius yang berasal dari tradisi Katolik, ekskursi ini memberikan pengalaman lintas iman yang menginspirasi, membuka mata, dan membentuk karakter.

Ekskursi bukan sekadar perjalanan fisik. Ia adalah perjalanan batin yang sarat dengan pelajaran hidup. Kunjungan kami ke Pesantren Al-Ittifaq menjadi arena nyata untuk mempraktikkan toleransi, menghargai perbedaan, dan membangun kebersamaan. Perjalanan tiga hari ini dipenuhi berbagai peristiwa yang memberikan wawasan, melatih empati, dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.

Hari Pertama: Menyaksikan dan Menghargai Tradisi Lain
Pagi yang sejuk di Pesantren Al-Ittifaq menyambut kami dengan suasana yang tenang. Para santri sibuk melaksanakan sholat di masjid, sebuah aktivitas yang baru bagi kami. Melihat mereka beribadah dengan khusyuk, saya menyadari betapa mendalamnya tradisi keagamaan yang mereka jalani. Tidak hanya itu, aktivitas seperti beternak dan berkebun yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka mengajarkan kami tentang kerja keras dan kesederhanaan.

Dalam momen ini, saya belajar bahwa perbedaan keyakinan bukanlah penghalang untuk saling belajar dan menghormati. Justru, pengalaman ini memperkaya cara pandang saya terhadap makna keberagaman. Seperti kata Mahatma Gandhi, "Toleransi memberikan kita pandangan bahwa dunia ini cukup besar untuk segala perbedaan."

Hari Kedua: Menguatkan Kebersamaan di Alam
Hari kedua memberikan dinamika yang berbeda. Kami bersama-sama menjelajahi alam, mengunjungi curug yang indah, dan merasakan dinginnya udara pegunungan. Perjalanan ini bukan hanya tentang menikmati keindahan alam, tetapi juga mempererat kebersamaan.

Malam harinya, lantunan sholawat dari masjid terdengar syahdu. Meski berbeda dari doa-doa yang biasa saya dengar, ada rasa damai yang universal dalam setiap nadanya. Pengalaman ini menunjukkan bahwa doa, dalam bentuk apa pun, adalah ekspresi yang sama dari jiwa manusia yang mencari kedamaian dan makna.

Hari Ketiga: Menghormati Tradisi Leluhur
Pukul lima pagi di hari terakhir, kami diajak berdoa di makam leluhur mereka. Suasana pagi yang dingin dan hening menambah kekhusyukan momen tersebut. Meski ini bukan tradisi yang biasa saya lakukan, saya merasa dihormati dan diterima dalam ritual tersebut.

Doa di makam mengajarkan saya tentang pentingnya menghormati tradisi dan budaya orang lain. Tradisi ini adalah bagian dari identitas mereka, sebagaimana tradisi Katolik adalah bagian dari identitas saya. Kami mungkin berbeda cara, tetapi tujuannya sama: mengenang dan menghormati mereka yang telah mendahului kita.

Toleransi sebagai Pilar Perdamaian
Ekskursi ini memberikan pelajaran berharga: bahwa toleransi adalah kunci perdamaian. Dalam perbedaan, ada keindahan. Dalam keberagaman, ada kekuatan. Kami berasal dari latar belakang yang berbeda, tetapi persaudaraan yang dilandasi oleh saling menghormati membuat kami merasa dekat.

Pesantren Al-Ittifaq telah memberikan pelajaran yang tak ternilai. Saya belajar bahwa toleransi bukan hanya soal menerima keberadaan orang lain, tetapi juga merayakan keberagaman itu dengan sikap terbuka. Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela, "Tidak ada orang yang lahir membenci orang lain karena warna kulitnya, latar belakangnya, atau agamanya. Orang harus belajar untuk membenci, dan jika mereka bisa belajar untuk membenci, mereka juga bisa diajarkan untuk mencintai."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun