Gus Dur adalah merupakan Presiden ke-4 Republik Indonesia. Selain itu, dia juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang humoris dan berani. Gus Dur sering kali menyampaikan cerita lucu dan anekdot dalam pidatonya. Namun, cerita-cerita tersebut tidak hanya bertujuan untuk menghibur, melainkan juga untuk menyampaikan kritik terhadap masalah atau isu yang sedang terjadi.
Anekdot adalah cerita pendek yang mengandung unsur humor atau pengalaman pribadi yang menarik. Teks anekdot sendiri adalah jenis teks yang menggunakan cerita pendek tersebut untuk menghibur atau menyampaikan pesan melalui penggunaan humor. Biasanya, anekdot berfokus pada peristiwa atau kejadian yang lucu, unik, atau menarik dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam artikel tersebut, disebutkan bahwa Gus Dur sering menyisipkan anekdot atau cerita pendek lucu. Melalui cerita pendek tersebut, ia dapat menjelaskan masalah dengan cara yang sederhana. Salah satu contoh anekdot yang disebutkan dalam artikel ini terjadi pada masa Orde Baru di Indonesia:
Pada masa Orde Baru, hampir setiap acara yang dihadiri oleh Gus Dur selalu diawasi oleh intel. Pada suatu kesempatan, ketika beliau menghadiri pertemuan forum para kiai, Gus Dur berkata dalam bahasa Arab, "Nanti kita diskusinya dalam bahasa Arab, karena di sini ada intel."
Setelah itu, acara diskusi dilanjutkan dengan menggunakan bahasa Arab. Kemudian, seorang intel pulang dan melaporkan kepada komandannya, "Tadi tidak ada diskusi, para kiai hanya saling mendoakan."
Cerita anekdot tersebut menggambarkan kecerdikan Gus Dur dalam mengelabui intel saat menghadiri pertemuan para kiai pada masa Orde Baru. Gus Dur menyadari bahwa acaranya selalu diawasi, sehingga ia menggunakan strategi berbahasa Arab untuk mengelabui mereka.
Anekdot ini mencerminkan semangat kebebasan berpendapat yang terbatas pada masa tersebut, di mana acara dan diskusi sering kali dipantau oleh pihak berwenang. Gus Dur berhasil menunjukkan kecerdikan dan kreativitasnya dalam menghadapi situasi pengawasan yang ketat.
Fungsi utama dari cerita anekdot ini adalah untuk menghibur pembaca melalui penggunaan humor dan situasi lucu. Cerita tersebut dirancang untuk membuat orang tertawa atau setidaknya tersenyum karena kecerdikan Gus Dur dalam mengelabui intel.
Cerita anekdot ini juga mengingatkan kita akan pentingnya kebebasan berpendapat dalam masyarakat yang demokratis. Kita perlu menghargai dan mendorong kebebasan berpendapat sebagai salah satu pilar utama dalam sebuah negara.Selain itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa kebebasan berpendapat harus dijaga dan dilestarikan, terutama dalam konteks politik yang demokratis. Kita perlu terus mendorong pemerintah.
Penyunting : AC/03
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H