“Ra, kamu sudah baca pesan di inbox facebook?”
“Belum, Ita.”
“Yeah, sudah. Kamu tolong baca pesan aku. Aku tunggu pesan dari kamu lagi.”
“Oke.”
“Thank you, Ra.”
“You’re welcome, Ita.”
Aku menutup telepon genggamku yang berarti menutup juga pembicaraan singkat dengan Ita, sahabatku di Jakarta. Aku pun membuka pesan masuk di facebook sebelum paket data internetku habis. “Maura, bagaimana pendapat kamu saat membaca cerpen-cerpen yang aku tulis? Thank you.”
“Cerita yang kamu tulis sudah oke. Kamu hanya kurang menceritakan perasaan tokoh di cerita kamu, menggambarkan situasi dan peristiwa yang terjadi melalui percakapan antara para tokoh di setiap cerita kamu. Sehingga, Pembaca jadi dapat merasakan dan mengalami cerita tersebut agar cerita tersebut menjadi hidup.” Aku menutup aplikasi facebook tepat dengan habisnya paket data internetku habis. Aku pun menyiapkan seragam sekolah, mandi dan berangkat ke sekolah
“Ea, beta berangkat ka sekolah e.” Aku pamit kepada kakak perempuanku dan suaminya yang sedang duduk di sofa. Betadan ose adalah panggilan untuk aku dan kamu dalam bahasa ambon sehari-hari. Aku sudah pindah dari Jakarta dan tinggal di Ambon sekitar delapan bulan. Aku mengajar di salah satu sekolah luar biasa di kota Ambon sebagai guru honor. Sebelumnya, aku bekerja sebagai Terapis Anak Penyandang Autis di Jakarta.
“Iya… Maura, osejang lupa ambil helm di rumah usie Bebi.”
“Oke.”