"Samuel, ose mau pergi ke mana?"
"Beta mau bicara dengan Mama Aya, John."
"Awas e, Samuel! Beta dengar beta mama suara menangis dari sini, beta masuk kedalam rumah untuk tinju ose punya muka..."
***
Anak-anak sekolah dasar Inpres Teladan berkumpul di ruang sekolah. Sekarang, hari kamis. Biasanya, kebaktian bersama akan diadakan di sekolah. Ibu Tomatala memberikan pengarahan siang ini. Anak-anak yang beragama Kristen akan mengadakan kebaktian di aula. Sementara, anak-anak yang beragama Islam akan mengadakan sembayang di ruang ketrampilan. Beberapa anak yang beragama Budha dan Hindu, juga mengadakan kebaktian sesuai dengan keyakinan dan agamanya di kelas. Seperti itu, kebijakan pihak sekolah dalam memenuhi pertumbuhan iman anak-anak sekolah dasar negeri Inpres Teladan, yang berbeda agama dan keyakinannya.
"Samuel dan Pedro, ibu kepala sekolah panggil kamu berdua ke ruang kepala sekolah."
"Oke, Berty." Pedro menjawab Berty, dan memasukan Alkitab kedalam tas. "Berty ajak anak-anak kelompok Pattimura dan kelompok Reebok, untuk tetap tinggal di sini ya. Tunggu beta dan Samuel menghadap ibu kepala sekolah ya."
"Oke, Pedro." Berty mengetos tangan Pedro dan Samuel. Kemudian, Pedro dan Samuel berjalan menuju ruang kepala sekolah.
Hati Samuel berdebar saat dipersilahkan duduk dihadapan ibu kepala sekolah. Pedro juga gugup dan berbisik kepada Samuel, untuk melaporkan perkembangan proyek proposal Satu Jam Membaca di sekolah.
Ibu kepala sekolah membuka laporan proyek proposal, membaca dan melihat dokumentasi kegiatan pengumpulan buku dan membaca di perpustakaan. "Ibu mau tanya kalian berdua. Apakah kalian yakin, jika perpustakaan sekolah sudah diperbaharui. Akankah meningkatkan minat baca anak di sekolah, serta memupuk gerakan Maluku Gemar Membaca dimulai dari sekolah?!"
"Saya yakin, Ibu." Samuel menjawab, mantap. "Jika kita pun tetap menggalangkan Satu Jam Membaca di sekolah. Anak-anak akan mempunyai waktu membaca di perpustakaan."