Mohon tunggu...
Johanna Ririmasse
Johanna Ririmasse Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

L.N.F

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Sensori Integrasi Itu?

16 Mei 2016   21:55 Diperbarui: 17 Mei 2016   15:34 6931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali berkenalan dengan Sensori Integrasi, adalah sebuah istilah yang asing ditelinga dan agak segan untuk mempelajarinya. Ketika mendengar istilah joint compression, taktil, proprioseptif, vestibular dan sebagainya. Sepertinya, istilah-istilah tersebut hanya untuk dikuasai dan diterapkan oleh terapis okupasi atau terapis sensori integrasi sendiri. Ternyata, pemikiran tersebut SALAH BESAR!

Ketika saya berkecimpung beberapa tahun di dunia anak berkebutuhan khusus, mempelajari psikologi perkembangan anak dan menyadari kemudian. Bahwa, para orang tua, pendidik, maupun para ahli yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan kesehatan anak, mempelajari tentang sensori integrasi adalah hal yang penting. Sebab, permasalahan sensori integrasi berkaitan dengan tumbuh kembang anak, baik anak-anak regular maupun anak-anak berkebutuhan khusus.

Teori dan Terapi Sensori Integrasi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Ayres, seorang terapis okupasi yang mempunyai dasar pendidikan psikologi dan neurosains. Menurutnya, ada hubungan antara perilaku anak dengan perkembangan fungsi otak. Ada beberapa fungsi luhur otak, seperti berbahasa, berpikir secara emotif, berkomunikasi secara spontan, kreatif, fleksibel dan mampu memahami konsep-konsep abstrak. Fungsi luhur otak ini merupakan ketrampilan yang harus dikuasai anak dalam setiap tahapan perkembangannya. Teori ini juga menjelaskan bagaimana cara otak menerima atau memproses input-input sensorik (berupa sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh dan grafitasinya, penciuman, pengecapan, penglihatan, dan pendengaran) daro lingkungan sekitarnya, serta bagaimana kita dapat mengamati proses ini dari cara anak bereaksi. Otak yang mempunyai mekanisme sensorik yang baik, akan menghasilkan perilaku dan cara belajar yang adaptif. Sementara, otak yang mengalami disfungsi mekanisme sensori integrasi, akan menghasilkan perilaku dan cara belajar yang maladaptif.

I. FAKTOR PENYEBAB DISFUNGSI SENSORI INTEGRASI

Gangguan sensori integrasi terjadi karena otak tidak mampu mengolah input sensori secara efisien. Abraham Setiyono dalam makalah Sensori Integrasi, menuliskan hasil riset yang menyatakan bahwa ada beberapa kemungkinan penyebab disfungsi sensori integrasi. Diantaranya :

  1. Genetik
  2. Anak yang mempunyai gangguan sensori integrasi, seringkali mempunyai saudara yang mempunyai disfungsi yang sama.
  3. Sirkumstansi pre natal
  4. Adanya kandungan kimia, medikasi, racun yang masuk ke dalam janin, ibu yang mengkonsumsi narkoba, terjadinya komplikasi kehamilan seperti virus dan sebagainya.
  5. Prematuritas
  6. Trauma Kelahiran, operasi caecar, dan kekurangan oksigen saat kelahiran.
  7. Terlalu banyak atau terlalu sedikit stimulasi setelah kelahiran sehingga kurangnya pengalaman sensori anak.
  8. Penyebab yang tidak jelas.

II. GAMBARAN PERMASALAHAN DISFUNGSI SENSORI INTEGRASI

Disfungsi mekanisme otak atau disfungsi sensori integrasi, akan menghasilkan perilaku maladaptive pada anak-anak, termasuk anak penyandang autis. Di sebuah makalah seminarnya yang berjudul Terapi Sensory Integration untuk anak-anak dengan Gangguan Spektrum Autisme, Dr. Dewi K Utama, SpA menjelaskan beberapa gambaran permasalahan disfungsi sensori integrasi. Menurutnya, masalah sensori integrasi yang seringkali ditemukan pada anak-anak penyandang autis, sebagai berikut :

  1. Pola registasi dan modulasi sensorik yang tidak konsisten.
  2. Masalah dalam pola regulasi yang berhubungan dengan fungsi RAS (reticular activating system). Seperti, pola tidur, pemusatan perhatian, tingkat keterbangkitan dan kewaspadaan.
  3. Masalah pada berbagai fungsi pendukung proses sensory integration. Misalnya, masalah sensori-motorik pada daerah mulut, reaksi postural, koordinasi motorik. Kemampuan membedakan berbagai input sensorik. Seperti auditori, taktil dan proprioseptif. Sehingga, ada permasalahan dalam mengolah dan memahami input-input sensori tersebut. Kemampuan untuk memahami berbagai jenis input sensori ini mempunyai kaitan yang erat, dengan kemampuan untuk memahami emosi dan belajar kognitif. 
  4. Masalah dalam mengorganisasikan input-input sensorik untuk menghasilkan respon yang sesuai, terutama tampak sebagai masalah dalam kegiatan praktis. Sebagaian besar anak penyandang Gangguan Spektrum Autisme, menunjukan dispraksia yang sangat bervariasi baik dalam berat maupun ringan gejalanya

III. SHARING PENGALAMAN DAN KEGIATAN PRAKTIS ATASI PERMASALAHAN SENSORI INTEGRASI

  1. Anak suka berjalan jinjit. Kegiatan praktis yang kami lakukan di rumah bersama anak. Misalnya, berjalan di atas rumput dan berjalan di atas papan titian.
  2. Anak berjalan tidak seimbang atau kadang goyah, juga berjalan cepat seperti berlari. Kegiatan praktis yang dapat dilakukan bersama anak. Seperti, bermain ayunan bersama, melompat di atas trombolin dan berjalan di atas papan titian.
  3. Anak segan memegang sesuatu yang lengket, memegang sesuatu dengan cara menjepit. Kegiatan praktis yang dapat dilakukan, yaitu mengajak anak meremas spon, meremas bola yang kenyal dan bermain busa.
  4. Anak sulit untuk mengunyah atau makan nasi. Cara praktis atau trik yang dapat dilakukan, menyelipkan atau menaruh makanan kesukaan anak diatas suapan nasi. Seperti, menaruh kacang atau kripik kesukaan anak diatas suapan nasi.
  5. Tubuh anak lemas dan tampak tidak termotivasi untuk belajar. Kegiatan praktis yang dapat dilakukan, yaitu melakukan gerakan senam ringan dan bermain sebelum atau ditengah sesi belajar. Sebaiknya, pilih permainan yang membutuhkan gerakan besar dan menyenangkan bagi anak. Seperti, anak diajak bermain lempar dan tangkap bola, bermain basket atau sepak bola. Permainan-permainan tersebut juga berarti, untuk melatih motorik kasar anak.

***

(Writer : Johanna Ririmasse)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun