Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Wahai Penulis Buku, Terima Kasihku Untukmu

30 September 2010   07:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:50 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca Kompas cetak hari ini, Kamis (30 September 2010), saya terhenyak ketika membuka dan membaca sebuah tulisan berjudul Para Manusia Buku ditulis oleh Bandung Mawardi. Tulisan itu begitu inspiratif. Tulisan itu berisi rasa kekaguman penulis kepada Sartono Kartodirdjo dan Ajib Rosidi.

Menurut Bandung, kedua penulis itu merupakan cermin kehebatan penulis Indonesia. Keduanya begitu tekun menghasilkan karya terbaiknya. Dengan keterbatasan sarana dan media, keduanya justru menghasilkan karya-karya hebat.

Saat ini, kita begitu dimanjakan dengan segala sarana yang serba lengkap. Semua sarana itu begitu mudah kita dapatkan. Namun, mengapa kondisi yang serba mengenakkan itu justru memandulkan kita? Rasa-rasanya, saya seperti ditampar oleh tangan yang begitu kuat.

Kedua penulis itu hidup dengan penerangan lampu teplok atau lampu minyak. Mereka tidak mempunyai laptop atau fasilitas internet. Namun, semangat juangnya justru menghasilkan karya terbaik. Luar biasa!

Para penulis buku memang berjasa luar biasa. Tanpa mereka, kita akan dikerdilkan dalam segala keterbatasan. Coba dibayangkan jika buku-buku itu tidak tersedia. Kita tentu akan terus berada dalam kebodohan.

Kita dapat menjadi pandai, sukses, kaya, dan mulia karena didukung sarana buku. Dengan mempelajarinya, kita dipandaikan. Semua isinya diberikan kepada kita. Siapa yang member isi buku? Penulisnya! Jadi, kita itu dipandaikan oleh penulis buku.

Merekalah makhluk paling berjasa. Seorang guru yang mengajar kita pasti didukung buku. Guru hanya menjadi fasilitator. Guru mendapat ilmu pun dari buku. Jadi, siapakah yang layak mendapatkan penghargaan dan pemuliaan atas keilmuan yang kita peroleh?

Kepada Kompas, saya mengucapkan terima kasih karena memuat tulisan ini. Bagi saya, tulisan itu semakin menumbuhkan semangat saya untuk menjadi lebih produktif. Saya pun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pak Ajib Rosidi. Dari bukunya yang berjudul Sejarah Sastra Indonesia, saya mengenal sejarah sastra bangsa saya. Kepada Pak Sartono, saya memang belum mengenal dan membaca buku-bukunya. Namun, pendeskripsian jasa-jasanya dalam artikel tersebut cukup menjadikan saya untuk menjadi pengagumnya. Terima kasih untuk semua jasa-jasamu, wahai sang penulis buku. Semoga ilmu yang kautuliskan dapat menjadikan manusia pembaca sebagai makhluk arif yang membawa kearifan. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun