Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wahai Para Wanita, Tirulah Wanita Ini Jika Ingin Masuk Surga

2 Juli 2011   11:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:59 1628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13096056391582126261

[caption id="attachment_120181" align="aligncenter" width="640" caption="Keindahan dan kenikmatan surga belum pernah terpikirkan, terasakan, dan terlihatkan manusia."][/caption]

Tadi pagi (Sabtu, 2 Juli 2011), saya menghadiri rapat kedinasan. Kegiatan itu dimulai sejak jam 08.00-14.00. Cukup melelahkan fisik dan pikiran. Namun, saya berusaha menjaga keduanya agar dapat mengikuti keputusan dengan baik. Alhamdulillah, saya dapat mengikuti acara itu hingga usai.

Rapat pagi ini terasa sangat istimewa. Teramat berbeda dengan rapat-rapat lain yang pernah kuhadiri. Selain semua peserta terlihat lengkap, susunan acara pun dibuat cukup menarik. Dan saya teramat tertarik dengan acara yang satu ini: kultum alias kuliah tujuh menit. Jarang saya mengikuti rapat dengan dilengkapi kultum atau ceramah keagamaan. Jadi, saya merasakan aura kenyamanan lebih daripada rapat-rapat lain yang pernah kuhadiri. Kultum diisi oleh Bapak Munawir. Beliau berceramah dengan topik Wanita dan Surga.

Dalam ceramahnya, Pak Munawir berkisah seraya menceritakan sebuah peristiwa zaman Nabi Muhammad SAW. Pada masanya, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Wahai para wanita, tirulah Muti’ah jika kalian ingin masuk surga. Allah telah menjamin wanita ini masuk surga!”

Sontak para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa sih keistimewaan wanita itu sehingga kami perlu menirunya?” Rasulullah SAW tidak langsung menjawab. Namun, Rasulullah justru menyuruh para sahabat untuk menyelidikinya agar mengetahui keistimewaan wanita bernama Muti’ah.

Sontak para sahabat pun bergegas mencari informasi tentang Muti’ah hingga ditemukan alamatnya. Secara diam-diam, para sahabat menyelidiki keistimewaan wanita yang bernama Muti’ah. Singkat kisah, wanita yang bernama Muti’ah itu selalu menyimpan tiga benda di rumahnya. Ketiga benda itu adalah selembar kain (sejenis handuk/ towel kecil), kipas, dan sepotong kayu.

Para sahabat terheran-heran, untuk apa ketiga benda itu? Ketiga benda yang terasa tidak bermakna. Namun, begitu berharganya benda itu bagi Muti’ah. Maka, mereka pun bertanya kepada Muti’ah, “Wahai Saudariku, untuk apa ketiga benda itu sehingga Rasulullah menyuruh kami untuk menirumu?” Dan dengan senang hati pula, Muti’ah bercerita tentang ketiga benda itu.

“Ketahuilah wahai saudara dan saudariku, aku selalu menggunakan ketiga benda itu untuk menyatakan kesetiaanku kepada suamiku. Aku menggunakan ketiga benda itu untuk menyatakan kecintaanku nan tulus kepada suamiku. Aku menggunakan kain itu untuk mengelap keringat suamiku setelah seharian mencarikan nafkah bagiku dan bagi anak-anakku. Aku menggunakan kipas itu untuk memberikan udara segar agar badan suamiku kembali bugar. Dan aku menggunakan sepotong kayu itu agar suamiku berkenan memukulku jika pengabdianku kepadanya kurang berkenan.”

Usai mendengar kisah itu, spontan tanpa terencana, saya bertepuk tangan sembari mengacungkan jempol tanganku kepada Pak Munawir. Sontak pula spontanitasku itu memancing perhatian semua peserta rapat. Lalu, seorang peserta rapat yang duduk di sampingku bertanya, “Ada apa Pak Johan kok bertepuk tangan?”

Atas pertanyaan itu, saya menjawab, “Sekiranya para wanita itu menjaga amanat suaminya dengan baik, tentunya surga hanya akan menjadi miliknya. Para lelaki akan gigit jari karena tak kebagian tiket surganya Allah.

Kisah malamku berakhir di sini. Semoga sekadar mengulang kultum pagi tadi  dapat menginspirasi diri dan pembaca yang berkenan. Amin. Terima kasih.

Selamat Malam

Sumber gambar: sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun