Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Wahai Para Penulis, Jagalah Tulisan Anda

2 Agustus 2011   17:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:09 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bulan Ramadhan adalah bulan baik bagi semuanya, baik muslim maupun nonmuslim. Menurutku, bulan Ramadhan mempunyai dua makna yang sangat baik, yaitu makna kejujuran dan kelembutan hati. Kejujuran akan terbentuk jika orang yang berpuasa menikmati puasa karena merasa tidak terpaksa untuk berpuasa. Ia berpuasa karena kebutuhan. Ada dan tidak ada orang lain, ia akan tetap berpuasa. Meskipun di depannya tersaji makanan enak dan tiada seorang pun melihat, ia akan tetap menjaga puasanya. Meskipun seorang cewek cantik atau cowok ganteng mengajaknya bercinta, ia tidak tergoda untuk membatalkan puasanya.Itulah makna kejujuran.

Selain itu, puasa juga bermakna kelembutan hati. Kita diminta untuk menikmati kelaparan. Berpuasa sehari saja, begitu sering kita mengeluh kelaparan. Bayangkanlah kanan-kiri kita yang berketiadaan. Mereka berpuasa berhari-hari karena ketiadaan makanan untuk dimakan. Oleh karena itu, kita diminta untuk gemar berbagi.

Namun, kedua makna itu pun dapat ditambah dengan makna menjaga kebersihan hati. Kita sering bergunjing di kompasiana. Entah sadar entah tidak, kita sering terpancing untuk menulis sesuatu yang berisi gossip atau provokasi. Tentunya tulisan itu akan terasa kurang bermanfaat. Mengapa kita tidak menjaga pena kita agar tulisan kita tetap terjaga? Hendaknya kita tidak memprovokasi pembaca untuk berdebat panjang-lebar.

Maka, saya mengajak diri dan penulis yang berkenan, marilah kita menjaga tulisan kita. Hendaknya tulisan itu berisi ajakan kebaikan dengan memanfaatkan momentum Ramadhan. Marilah kita mengisinya dengan tulisan-tulisan yang bernada kebaikan agar menjadi investasi kebaikan pula. Jika membaca sebuah huruf kebaikan bernilai satu kebaikan, tentunya penulisnya pun akan mendapat kebaikan jika ia menulis tentang kebaikan.

Menurutku, itu pun berlaku sebaliknya. Jika penulis tidak menjaga pena seraya menuliskan sesuatu yang mengajak perdebatan, tentunya penulis akan menanggung dampak buruk baginya. Ayo para penulis, kita menulis yang baik-baik saja. Jika toh kita mengkritisi sesuatu, hendaknya kita menggunakan bahasa yang santun dan tidak memprovokasi pembaca. Jagalah kemurnian hati karena kita sedang berpuasa. Selamat berkarya yang santun. Terima kasih.

Selamat Pagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun