Setiba di rumah usai menghadiri Solo Cyber Day 2011 dan kopdaran dengan kompasianer se-Soloraya, saya mengajak anak-anak untuk pergi ke masjid guna menunaikan sholat maghrib. Saya memang membiasakan diri untuk menunaikan sholat berjamaah bersama anak-anak dengan mengajaknya ke masjid. Selain bertujuan memberikan pendidikan agama, saya pun teramat merasa tenteram jika bisa menunaikan kewajiban secara berjamaah. Sepulang sholat di masjid, saya mengajak anak-anak untuk mengaji beberapa surat Al Fatihah. Selanjutnya, anak-anak mulai belajar karena besok adalah hari pertama pelaksanaan Ujian Semester Gasal. Dan untuk tugas ini, giliran istriku menjadi teman anak-anakku. Saya pun bergegas naik menuju ruang kerjaku.
Ketika sudah berada di lantai atas, saya menghidupkan televisi. Saya memilih Metro TV untuk mengetahui perkembangan informasi. Sambil mengaktifkan netbook, saya membaca running text atau teks berjalan. Dan tiba-tiba saya dikagetkan oleh informasi tentang PNS yang memiliki rekening “gendut”. Tentunya rekening gendut itu berarti PNS tersebut memiliki banyak uang. Atas dasar itu, KPK meminta PPATK untuk menelusuri identitas pemilik rekening.
Teramat kebetulan, saya adalah Pegawai Negeri Sipil dengan jabatan guru. Saya ingin menjadi PNS yang baik. Oleh karena itu, saya ingin diperiksa KPK atau PPATK. Silakan rekeningku ditelusuri asal-muasal uangku. Tidak ada-apa. Jika diminta, saya pun siap membeberkan lima nomor rekening yang kumiliki agar saya terbebas dari prasangka buruk atas uangku. Sekali lagi, saya adalah PNS sehingga KPK berwenang untuk memeriksaku.
Selain sejumlah uang yang kumiliki di rekening atas namaku, saya pun menitipkan beberapa juta di rekening anak dan istriku. Untuk rekening anak-anak, uang ditabung di sekolahnya. Silakan KPK menelusurinya. Untuk istriku, uangnya ditabung di koperasi sekolah dan sebagian ditabung di bank. Saya siap memberikan semua data jika diperlukan.
Tidak hanya itu. saya pun memiliki harta yang bergerak dan tidak bergerak. Harta bergerak berbentuk motor dan mobil. Harta tak bergerak berbentuk rumah dan tanah. Saya memiliki tiga rumah dan lima bidang tanah. Ada yang berasal dari pemberian orang tua dan ada yang berasal dari pembelian. Jika ingin diketahui asal-usul uangku, silakan KPK memeriksaku. Apakah KPK menginginkannya?
----
Jujur saja, saya sering merasa curiga kepada beberapa temanku yang PNS dan TNI/ Polri. Saya kenal dan paham dengan baik tentang pangkat, golongan, jabatan, dan pekerjaan sampingannya. Dengan demikian, saya dapat memprediksikan penghasilannya. Atas dasar itulah, saya benar-benar dibuat tercengang dengan kekayaan yang tampak atau saya ketahui. Bagiku, kekayaannya di luar akal sehat. Darimana teman-temanku memiliki semua kekayaannya? Bagaimanakah teman-temanku dapat memiliki banyak kekayaannya? Ke manakah teman-temanku belajar sehingga dapat memiliki banyak kekayaan? Mungkinkah teman-temanku memunyai “aji pesugihan” yang konon dibantu jin untuk mencarikan harta baginya? Ingin juga saya memiliki jin itu.
Setiap malam, saya bekerja memelototi huruf demi huruf, kata demi kata, dan kalimat-kalimat demi merangkai sebuah naskah buku. Karena kesabaranku, sebuah naskah buku kadang dapat terselesaikan dalam sebulan. Jika sudah selesai, saya pun menyerahkannya kepada penerbit. Selanjutnya, saya menunggu disodori SPK (Surat Perjanjian Kerjasama) yang berisi kontrak kerja dan pembagian royalty.
Dari situlah, saya memeroleh uang-uangku. Sedikit demi sedikit, saya berhasil menyisihkan sebagian royaltiku untuk membeli ini dan itu. Saya dapat membeli tanah, rumah, mobil, motor, pakaian, belanja istri dan anak, membayar Ongkos Naik Haji, serta beragam keinginan lain. Jika semua kekayaanku mendatangkan kecurigaan, sebagai PNS, saya siap diperiksa. Dan kebersediaan diperiksa ini seharusnya pun dimiliki oleh semua PNS. Bagi teman-teman PNS, saya berpesan, “Kita adalah pegawai negeri yang digaji dari anak negeri. Mari kita terbuka kepada publik agar rakyat memercayai kinerja kita. Mari kita buktikan bahwa kita adalah PNS bersih dari korupsi!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H