Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas, pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, 30 pengarang dongeng terbaik Kemdikbud 2024, pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Mata Pena, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tips Menjadi Kaya dan Sudah Terbukti Nyata

29 Desember 2011   03:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:37 18398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_159751" align="aligncenter" width="636" caption="Kaya sebaiknya tidak dimaknai memiliki banyak uang semata."][/caption]

Semua orang pasti bercita-cita agar menjadi orang kaya. Begitu enaknya menjadi orang kaya. Seakan semua dapat dimiliki tanpa bersusah payah. Oleh karena itu, banyak orang berusaha menjadi orang kaya. Bahkan, tak segan pula orang-orang menggunakan cara-cara yang tidak lazim, semisal pergi ke dukun dengan imbalan membayar pula. Ada pula orang menempuh cara ekstrem: bertapa atau pergi ke kuburan nenek moyang yang dikeramatkan. Terkesan lucu dan juga mengada-ada. Ingin kaya tetapi caranya sulit diterima.

Berkenaan dengan itu, saya akan berbagi tips menjadi kaya. Jujur saja, tidaklah sulit menjadi orang kaya. Saya sudah membuktikan semua isi tips ini. Alhamdulillah, Allah menganugerahkan kekayaan yang luar biasa kepada kami. Atas dasar itu, tak henti-hentinya saya bersyukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Pemurah dan Pemberi Rezeki. Apa saja sih resep menjadi kaya? Berikut kupasannya.

Hidup Jujur

Saya memiliki banyak kesempatan untuk melakukan tindakan tak terpuji. Saya sering mendapatkan peluang untuk melakukan korupsi. Sangat teramat sering kesempatan itu datang dan menghampiriku setiap saat. Namun, saya selalu terngiang nasihat orang tuaku, khususnya ibu, agar saya berperilaku jujur. “Jangan pernah kamu pulang membawa rezeki haram. Jangan pernah kamu memberi nafkah kepada keluargamu dengan barang haram” tutur orang tuaku dahulu. Atas dasar kekuatan menahan godaan itu, seakan rezeki itu dating silih berganti dan tiada habis-habisnya. Hidup jujur ternyata sungguh mengubah hidup menjadi lebih makmur.

Membahagiakan Orang Tua

Ketika ayahandaku masih hidup, beliau sering memintaku untuk membelikan ini dan itu. Bahkan, beliau selalu memintaku agar mengantarkannya ke dokter ketika mesti mengontrolkan penyakitnya. Tak heran saya sering meminta izin kepada atasan waktu itu karena saya harus berbakti kepadanya. Kini, ayahanda sudah menghadap-Nya dengan keadaan yang teramat berbahagia.

Saat ini, ibu masih hidup. Tadi pagi, ibuku mengunjungiku sambil berjalan-jalan usai mengalami kecelakaan beberapa bulan lalu. Saya sempat kaget karena ibu begitu berhasrat mengunjungiku meskipun sambil berjalan kaki. Kami pun terlibat asyik ngobrol sambil menyantap makanan ringan dan minum teh manis. Ketika ibu berkehendak pulang, saya pun mengantarkannya. Begitu tiba di rumahnya, tak lupa saya menyelipkan sekadar uang untuk mengisi dompetnya. Dari mulut beliau terucap, “Gusti Allah sing mbales.” (Allah yang membalas). Saya pun berucap, “Amin.” Sungguh Allah membalas kebaikan itu secara berlipat-lipat.

Gemar Bersedekah

Ibarat orang memancing ikan, tentu ia akan kehilangan umpan. Jadi, kita harus mengikhlaskan sedikit umpan untuk mendapatkan ikan yang besar. Jika malas mengeluarkan umpan, jangan harap kita mendapatkan ikan. Nasihat itu teramat cocok untuk diterapkan jika kita ingin menjadi kaya. Gemarlah bersedekah karena sedekah adalah umpan untuk mendapatkan rezeki secara berlimpah. Belum pernah terdengar kasus yang memberitakan bahwa orang miskin karena rajin bersedekah. Semakin banyak rezeki diberikan, semakin banyak pula rezeki datang. Tinggal kekuatan keyakinan itu pada diri kita!

Naik Haji

Maaf, saya belum membuktikan kekayaan setelah menunaikan ibadah haji. Saya hanya berkisah ulang tentang beberapa cerita dari teman yang pernah berhaji. Ternyata, kekayaannya semakin berlimpah usai berhaji. Biaya yang dikeluarkan untuk ibadah haji itu benar-benar telah diganti Allah secara berlipat-lipat. Jarang dan teramat jarang ada orang jatuh miskin usai berhaji. Atas dasar kisah itu pula, saya sudah berniat lurus untuk beribadah haji. Kami (saya dan istri) sudah bertekad bulat untuk beribadah haji pada 2019. Alhamdulillah, royalti buku tahun ini dapat digunakan untuk melunasi ONH-ku. Saya teramat penasaran dengan janji Allah karena saya meyakini bahwa Allah takkan pernah ingkar janji.

Pasrah Setelah Usaha

Mungkin kita pernah mendengar kata qona’ah. Kata itu bermakna pasrah atau menyerahkan diri kepada Allah semata. Itu berarti bahwa kita harus berusaha sekuat tenaga sebelum memasrahkan diri kepada Allah. Kadang kita baru berusaha setengah hati dan begitu mudah kita berkata, “Pasrahkan saja kepada Tuhan.” Wah, jelas itu menandakan bahwa kita belum bersungguh-sungguh berusaha untuk menggapai keinginan. Kita masih setengah hati berusaha karena kita masih memiliki keragu-raguan. Jika memang sudah berkeyakinan berhasil, tentunya kita tidak perlu berhenti berusaha meskipun seakan keberhasilan itu sudah tiba di depan mata.

----

Saya mohon maaf jika tulisan ini bernada riya'. Semata saya menulis ini karena saya sering mendapat keluhan dari teman. Meskipun suami-istri sudah bekerja dengan penghasilan besar menurut ukuran, mereka sering dan terlalu sering mengeluhkan keadaan ekonomi keluarganya. Sebaiknya kaya itu tidak diartikan sempit. Kaya itu tidak sekadar memiliki banyak uang, rumah bagus, deposito berlimpah, sederet mobil mewah, atau perusahaan raksasa. Menurut saya, kaya itu cukup. Saya memaknai kaya sebagai sebuah keadaan sederhana: kendaraan ada meskipun sederhana, makanan tersedia meskipun sederhana, bisnis atau pekerjaan lancar meskipun sederhana,keluarga harmonis meskipun berumah sederhana, dan ibadah khusu’ meskipun berkehidupan sederhana. Saya bukanlah konglomerat yang konon memiliki uang bermiliar-miliar rupiah. Saya hanyalah anak kampung yang suka belajar hidup sederhana dan mengajarkan kesederhanaan.

Sumber gambar: Sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun