Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tiga Tips Mengatasi Kemiskinan Referensi

29 Oktober 2012   09:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:15 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_220599" align="aligncenter" width="640" caption="Bahkan bank BUMN pernah tertarik untuk berkunjung ke gubugku nun jauh di kampung karena tulisan."][/caption] Kegiatan menulis tentu memerlukan banyak ide atau gagasan. Banyak penulis mati ide di tengah jalan karena kondisi itu. Jika mati ide itu melanda, biasanya penulis akan menghentikan kegiatan menulisnya. Hal itu dilakukan agar kualitas tulisannya terjaga. Jika dipaksakan menulis, biasanya kualitas tulisannya akan menurun. Maka, tentu itu akan merugikan dirinya dan juga pembacanya. Berkenaan dengan kondisi demikian, saya memiliki tips untuk mengatasi kebuntuan ide. Kebetulan tadi pagi saya mendapat SMS dari teman. Saat ini, dia mengalami kesulitan untuk mendapatkan referensi guna penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Terhadap masalah yang dihadapinya, saya akan berbagi tips untuk mengatasi kondisi tersebut jika masalah itu pun akan dialami teman-teman. Penyusunan laporan PTK memang harus melampirkan sejumlah referensi atau buku-buku acuan yang digunakan dalam Bab II (Kajian Teori dan Kerangka Berpikir). Berkenaan dengan itu, peneliti dapat melakukan tiga hal, yaitu (1) membeli buku, (2) mengunduh e-book, dan (3) meminjam teman atau perpustakaan. Membeli Buku Begitu beraninya kita mengambil kredit motor, mobil, atau perabot rumah tangga yang mahal-mahal. Meskipun memiliki penghasilan terbatas, kita sering memaksanakan diri untuk mengambil kredit. Biasanya kita beralasan bahwa kita terpaksa mengambil kredit karena itu adalah jalan satu-satunya. Dengan pembayaran secara mencicil, kita seakan diringankan dengan model itu. Begitu selesai membayar kredit suatu barang, kita berani mengambil kredit barang lainnya. Dan begitu seterusnya. Namun, kita sering kikir berbelanja buku. Kita belum menempatkan buku sebagai kebutuhan pokok sehingga buku dianggap sebagai kebutuhan tersier. Dan sikap itu tidak boleh dimiliki seorang penulis. Sebaiknya kita (khususnya guru atau dosen) menyisihkan sebagian duitnya untuk membeli buku-buku yang mendukung pekerjaannya. Kita harus memberikan budget untuk membeli sekian buku dalam seminggu atau sebulan. Kelak buku itu akan memberikan banyak manfaat di saat-saat kritis. Mencetak E-Book Jika terpaksa belum bisa membeli buku, kita dapat memanfaatkan e-book dengan cara mengunduhnya dari internet. Banyak e-book ditawarkan secara gratis, tetapi ada pula e-book yang harus dibeli. Lalu, e-book itu dicetak dan dijilid tersendiri. Memang bentuknya tidak sebagus cetakan penerbit. Namun, cetakan printer dengan sederhana dapat membantunya dari sisi keuangan. Toh kita memerlukan isinya dan kurang memedulikan kulitnya. Meminjam Perpustakaan Setiap lembaga negara maupun swasta tentunya memiliki perpustakaan. Kita harus memanfaatkan perpustakaan tersebut. Maka, alangkah baiknya jika kita mendaftarkan diri sebagai anggota. Kita boleh menjadi anggota perpustakaan desa, sekolah, kampus, instansi, atau perpustakaan daerah. Di sana, kita dapat memesan buku berdasarkan kebutuhan jika kita tidak menemukan buku yang kita cari. Jelas itu dapat meringankan beban keuangan kita meskipun kita hanya dapat membacanya saja. Ilmu adalah investasi paling menguntungkan pemiliknya. Jika kita menginginkan akhirat, milikilah ilmu karena pasti dunia pun akan menjadi milikmu. Begitu mulianya orang berilmu. Maka, seyogyanya kita perlu bersegera memilikinya. Buku adalah gudang ilmu dan membaca menjadi kuncinya. Dengan memiliki banyak buku, tak lagi kita mengalami kesulitan referensi. Yuk, kita menjadi pribadi berilmu seraya gemar membeli dan membaca buku...!!! Teriring salam, Johan Wahyudi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun