Dalam berbagai kesempatan, saya sering ditanya berkenaan dengan cara berwawancara. Memang, tahap wawancara adalah tahap paling menentukan nasib kita: sukses atau gagal. Karena itu, saya akan berbagi pengalaman tentang resep sukses wawancara.
Menurut saya, ada empat faktor kesuksesan sebuah wawancara. Keempat faktor itu adalah kejujuran, konsistensi, penguasaan materi, dan kesantunan. Faktor kejujuran menjadi faktor utama. Penilaian pewawancara sering ditentukan sikap jujur kita. Kejujuran terwawancara akan terlihat dari sikap, cara bicara, dan gerakan badan atau gesture. Kita harus bersikap jujur dengan jawaban sesuai dengan kemampuan. Katakanlah sesuai dengan kenyataan. Jika masalah dikuasai, jawablah pertanyaan. Sebaliknya, katakan tidak tahu jika memang tidak mengetahui permasalahan. Jangan mengarang cerita karena itu justru bernilai negatif.
Faktor kedua adalah konsistensi atau keajegan. Gunakanlah bahasa Indonesia yang benar dan konsisten. Hendaknya Anda menghindari sikap yang berubah-ubah, bahasa dialek daerah, dan jawaban. Sikap bahasa menjadi faktor pendukung faktor ini.
Faktor ketiga dalah penguasaan materi. Jika wawancara dilaksanakan untuk sebuah lomba, materi lomba tentu harus dikuasai. Jika wawancara dilaksanakan untuk sebuah proses mencari kerja, tentu motivasi, potensi, dan optimisme Anda ditunjukkan. Anda harus pamer kemampuan di depan pewawancara. Tapi ingat, itu harus diimbangi dengan kemampuan yang sepadan.
Faktor keeempat adalah kesantunan. Sikap santun harus ditunjukkan selama wawancara. Bagaimanakah sikap kita jika mengalami kejadian berikut?
1. Ketuklah pintu masuk ruang wawancara sebanyak 2 x. Lalu, berjalanlah tenang menuju kursi tempat duduk di depan pewawancara. Awas, jangan duduk jika belum dipersilakan duduk.
2. Jika pewawancara menerima telepon, bersikaplah tenang. Tunggulah sampai pembicaraan selesai.
3. Berbicaralah ketika diajak berbicara. Sampaikanlah jawaban berdasarkan isi pertanyaan. Jangan mengarang cerita.
4. Jika diminta menerangkan harapan Anda, sampaikanlah ambisi Anda dengan jujur dan sikap optimis. Anda harus berkeyakinan bahwa Anda telah berjanji. Dengan janji itu, Anda akan termotivasi.
5. Jika wawancara telah selesai, pamitlah dengan menyampaikan harapan dan keyakinan Anda. Tanamkan jejak positif bahwa Anda memang layak diterima.
Itulah pengalaman saya berwawancara. Dengan pengalaman itu, saya telah menikmati sekian kenikmatan yang tak ternilai sebatas materi. Karena saya bisa, Anda pun pasti bisa melakukannya. Ok? Sukses untuk Anda...! (www.gurumenulisbuku.blogspot.com)