Pujian dan makian itu biasa dialami oleh semua orang yang sedang merenda masa depan. Jika mendapatkan kebaikan, pujian akan mengalir deras kepadanya. Ia akan gembira dan semakin terpacu untuk menunjukkan kinerja dan produktivitasnya. Sebaliknya, ia akan murung sembari bersedih jika ia mendapat makian. Karena ketidakmampuan menahan diri, biasanya ia akan marah dan melampiaskannya dalam beragam bentuk: dendam, makin sejenis, memutus pertemanan dan lain-lain. Ah, janganlah kita bersikap demikian.
Siang hingga petang ini, saya terkejut. Ya, saya terkejut sekali. Saya menemukan beragam tulisan yang mulai mengarah kepada justifikasi. Rumah sehat mulai sakit dan perlu dicarikan obat yang manjur meskipun berharga mahal. Dan saya berusaha menawarkan obatnya. Mudah-mudahan obat ini berkenan sehingga penyakit itu tersingkirkan. Obat itu bernama Belajar Menerima.
Membaca termasuk kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif atau menerima, sedangkan menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif atau menghasilkan. Kegiatan membaca dan menulis dapat dianalogikan sebagai sebuah keeping mata uang: saling melengkapi. Pembaca yang baik adalah penulis yang baik dan penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Bagaimana penjelasannya?
Pembaca yang baik akan menghargai setiap tulisan yang disajikan. Hanya membaca tulisan, mengapa kita perlu mengomentari sisi negatifnya? Pembaca yang baik tidak akan melakukan tindakan negative seraya menyerang penulis. Ia akan bersahaja seraya menerima setiap kata dan kalimat yang disajikan penulis. Oleh karena itu, pembaca yang baik akan selalu memberikan apresiasi terhadap tulisan penulis: sekecil apapun.
Penulis pun tentu menjadi pembaca yang baik. Ia akan mencari ide dari beragam sumber. Dan sumber utama ide adalah tulisan orang lain. Dari sanalah, penulis mendapatkan ilmu baru dan ide brilian. Ia akan menangkap setiap celah guna melahirkan ide baru nan mahal. Maka, ia pun berusaha meramu ide itu dengan bahasa yang baik agar pembaca menjadi terhipnotis karena keelokan kata dan kalimatnya. Itulah penulis yang kharismatik!
Sekadar bersapa, janganlah kita suka mengukur kebaikan karya orang lain berdasarkan kebaikan karya kita. Kemampuan seseorang untuk berkarya tentu berbeda-beda. Begitulah keelokan kompasiana. Kita memang berkarya di sini dalam slogan yang sama: sharing-connecting. Tak eloklah jika kita berbagi disertai dengan beragam cemooh dan atau makian. Jika toh kita tidak menyukai sebuah tulisan, ya tinggalkan saja. Begitu saja kok repot (meminjam KH Gusdur)
Mohon maaf para sahabat, saya masih belajar menjadi penulis yang baik. Sejak SD hingga saat ini, saya masih ngobok-obok masalah kepenulisan yang baik. Ternyata, menyuguhkan tulisan yang baik itu teramat sulit. Oleh karena itu, saya mohon maaf jika memang tulisanku kurang layak dan tidak berkenan di hati para sahabat. Yuk kita belajar menghargai karya orang lain!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H