Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pertolongan Itu Pasti Ada

28 Juni 2010   01:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:14 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hari Minggu kemarin saya bepergian ke rumah saudara. Keponakanku dikhitan. Tentu saya berusaha untuk memenuhi undangan. Sedari pagi, saya menyiapkan segalanya dengan tertib. Tentu itu bertujuan agar perjalanan kami menyenangkan.

Sekitar jam 8 pagi, saya bersama keluarga bersilaturahmi ke saudara di Solo Baru. Perjalanan ini akan memerlukan waktu sekitar satu jam. Agar tidak melelahkan anak-anak, saya mengarahkan rute perjalanan melewati Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo.

Karena perjalanan jauh, saya pun menghidupkan radio. Ternyata, siaran pengajian. Tidak apa-apa. Saya tidak memilih-milih acara. Ustadz yang menjadi penceramah sepertinya pernah saya dengar. Lalu, saya pun menyimak pengajian itu dengan serius sambil mengendarai mobil.

Di tengah asyiknya mengendarai mobil, tiba-tiba saya dikejutkan dengan cerita sang ustadz. Menukil sebuah hadist, konon dahulu ada seorang wanita cantik yang sedang kelaparan. Dia tidak mempunyai sesuatu pun untuk dimakan. Dia terus berusaha menemukan sesuatu yang dapat digunakan untuk mengganjal perutnya.

Tiba-tiba, dilihatnya saudara sepupu. Dia laki-laki kaya. Lalu, wanita itu memberanikan diri untuk meminjam uang kepada saudara sepupunya itu. Melihat kecantikan saudarinya, laki-laki itu pun tergoda. Lalu, dia pun berujar, "Saya mau meminjami uang kepadamu. Tapi, ada syaratnya."

Wanita itu pun bertanya, "Apa syarat yang perlu saya penuhi?" Mendengar pertanyaan itu, laki-laki itu pun menjelaskan. Dia mau meminjami uangnya dengan syarat bahwa wanita itu harus mau melayani nafsunya.

Alangkah terkejutnya wanita itu. Karena didesak rasa lapar yang teramat sangat, wanita itu pun menyanggupi. Lalu, laki-laki itu pun meminjamkan uang sejumlah permintaan sang wanita.

Waktu bergulir hingga pada suatu ketika laki-laki itu menagih janji sang wanita. Karena sudah berjanji, wanita itu tidak dapat mengelak. Dia pun mengiyakan ketika diajak laki-laki menuju ke sebuah gua. Setelah berada di dalam gua, laki-laki itu segera melucuti semua pakaian wanita. Di saat posisi laki-laki tepat berada di atas selangkangannya, wanita itu berujar lirih, "Takutlah kepada Tuhan!"

Mendengar ucapan wanita itu, laki-laki itu spontan lemas. Dia tersadar. Lalu, dia terduduk dan diam. Dia merasa berdosa, baik kepada dirinya, istrinya, keluarganya, maupun Tuhannya. Tanpa menoleh ke arah sang wanita, laki-laki itu berkata, "Pergilah. Hutangmu sudah saya anggap lunas." Wanita itu pun segera mengenakan pakaiannya kembali. Dia pun berlari keluar dari gua.

Tiba-tiba, sebuah bongkahan batu besar jatuh tepat di pintu gua. Otomatis pintu gua tertutup rapat. Laki-laki yang masih berada di dalam gua kebingungan. Dia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyingkirkan batu besar itu. Lalu, dia pun menangis sesenggukan seraya berdoa, "Tuhan, sekiranya ini adalah hukuman bagiku, saya ikhlas menerimanya. Namun, saya mohon ampun kepada-Mu. Izinkanlah saya untuk memperbaiki diri agar termasuk hamba-Mu yang selalu menyadari keberadaan-Mu." Tidak diduga, tiba-tiba batu penutup gua itu bergerak-gerak sehingga memberi celah. Laki-laki itu pun segera keluar.

Saudaraku, ketika kita menyadari bahwa ada pihak kedua selain diri, kita akan terjaga. Ketika kita menyadari bahwa ada pihak ketiga selain berdua, kita akan dijaga. Ketika kita menyadari bahwa ada pihak keempat selain bertiga, kita akan mulia. Kita harus menyadari bahwa Tuhan selalu berada di tengah-tengah kita. Kita harus merasakan keberadaan-Nya. Dengan mengingat keberadaan-Nya, hidup kita akan terkendali dari keinginan untuk berbuat tercela. (www.gurumenulisbuku.blogspot.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun