Bom kembali meledak di tengah kedamaian yang telah lama dinikmati warga. Sontak semua menoleh ke sumber ledakan: Solo. Ada apa ini? Di tengah kedamaian yang sedang dinikmati warga Solo, tiba-tiba sebuah bom meledak dan atau diledakkan di gereja. Seorang teman menyebut: Pengeboman Gereja Perbuatan Biadab. Pasti terjadi sesuatu di baliknya: kegagalan intelejen, kegagalan pendidikan, dan atau kegagalan pemahaman perdamaian.
Berkenaan dengan itu, saya teramat terkejut dengan berita tadi. Sebuah bom yang diduga bom bunuh diri meledak di tengah kerumunan para jemaat gereja. Ada apa ini? Sebagai pendidik, saya akan urun rembug yang tentunya saya berharap agar tulisan ini menjadi perhatian semua pihak, khususnya Pak Polisi. Lho, kok Pak Polisi?
Menurutku, Pak Polisi semestinya mengambil pelajaran berharga atas kejadian ini. Saya pernah membaca slogan Pak Polisi di mobil-mobil patrol: mengayomi dan melayani. Mengayomi berarti melindungi dan melayani berarti memberikan layanan jika terjadi keluhan masyarakat. Pak Polisi, sebaiknya Anda menggunakan sistem pemberantasan seperti ini.
Cara 1: Lakukan Pemberantasan Teroris secara Sembunyi
Sebaiknya Pak Polisi tidak perlu menunjukkan keperkasaannya melalui penampilan fisik. Teroris itu memiliki pemahaman dan pemahaman itu tidak terdeteksi melalui penampilan fisik. Mengapa Pak Polisi memberantasnya dengan tampilan fisik? Sebaiknya Pak Polisi menyusup ke sarang-sarang teroris itu seraya mencari tahu pemahaman para teroris sehingga berani melakukan tindakan tak terpuji. Jika Pak Polisi menonjolkan pemberantasan teroris secara fisik, tentunya para teroris akan mudah mendeteksi kelemahan Pak Polisi.
Saya tadi sempat senyum-senyum sepulang dari Jogjakarta. Sepanjang perjalanan Jogja-Solo, hampir semua kantor polisi sibuk. Semua anggota polisi siaga penuh. Lalu, saya melihat banyak polisi di Bandara Solo dengan mengenakan seragam. Kok Pak Polisi mengenakan seragam, sih? Jika mengamankan objek vital semacam bandara, jangan malah Pak Polisi menampilkan seragamnya. Semua orang sudah tahu bahwa di situ ada Pak Polisi, kan?
Cara 2: Libatkan Pemuka Agama
Semua agama pasti mengajarkan kedamaian. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan dan mengajak umatnya untuk memusuhi agama lain. Pemahaman yang dangkal terhadap agamanya itulah yang menjadi akar masalah. Oleh karena itu, Pak Polisi perlu melibatkan tokoh agama untuk memberantas teroris. Mintalah bantuan para pemuka agama karena sebagian besar masyarakat kita masih menempatkan tokoh agama sebagai pemimpin bayangan daripada pemimpin di pemerintahan. Ajak semua komponen untuk memikirkan kedamaian bangsa.
Cara 3: Ajak Mendiknas Memikirkan Ini
Dahulu, saya pernah mendengar kabar bahwa Kemendiknas akan meluncurkan program pendidikan karakter. Saya bingung atas berita itu. Dahulu sudah diajarkan pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan terbukti efektif untuk mencegah terorisme. Namun, saya tidak mengetahui penyebabnya atas hilangnya pelajaran PMP itu dari sekolah. Nah, Pak Polisi bisa meminta bantuan kepada Mendiknas agar menghidupkan kembali pelajaran yang sangat baik itu. Jangan memunculkan program-program yang tak karuan hasilnya. Untuk anak kok berani coba-coba, begitu pesan iklan.
Cara 4: Kuatkan Sistem Keamanan Mandiri
Dahulu, saya sering ikut Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) dengan ikut ronda. Nah, sekarang kita jarang melihat masyarakat yang masih meronda lingkungan. Personil polisi sangat terbatas. Jadi, Pak Polisi bisa melibatkan masyarakat untuk mengadakan pengamanan swakarsa. Saya yakin bahwa masyarakat mudah diajak untuk menjaga lingkungan. Tinggal bagaimana Pak Polisi menginformasikannya kepada masyarakat.
Cara 5: Ubah Pendekatan kepada Masyarakat
Maaf Pak Polisi, masyarakat seakan memiliki kesan buruk tentang Pak Polisi. Semua urusan sulit beres jika berada di tangan Pak Polisi. Nah, Pak Polisi perlu mengubah image itu seraya mengubah pendekatan kepada masyarakat. Berikanlah senyum yang tulus ketika melayani masyarakat seraya tidak menyulitkannya jika memerlukan bantuan Pak Polisi. Masyarakat malas melaporkan kejadian yang mencurigakan karena mungkin masyarakat takut menjadi saksi pelapor. Bisa-bisa dapat masalah, nih. Seperti itulah yang sering saya dengar tentang pendapat masyarakat tentang Pak Polisi. Dan tentunya kita berharap agar Pak Polisi terus berusaha menjadi pengayom dan pelayan masyarakat yang baik.
Tulisan ini tidak bertujuan menggurui Pak Polisi meskipun ditulis seorang guru. Saya hanya berusaha memberikan pemikiran karena saya sedih jika negeriku terus di-bom teroris. Mudah-mudahan kejadian tadi siang menjadi kejadian terakhir yang menimpa negeri yang teramat kucintai. Amin. Amanlah negaraku, damailah bangsaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H