[caption id="attachment_118742" align="aligncenter" width="640" caption="Tahun lalu, 8 orang kampungku berangkat haji."][/caption]
Saya itu orang kampung dan tinggal di kampung. Ibukota kecamatan berjarak sekitar 10 km. Ibukota kabupaten berjarak sekitar 40 km. Ibukota provinsi berjarak sekitar 200 km. Tepatnya, saya berada di wilayah Kabupaten Sragen paling barat dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Rerata orang kampungku berprofesi sebagai petani dan pedagang. Mereka menanam padi, sayur-sayuran, kacang-kacangan, kencur dan lain-lain. Selain itu, mereka juga berdagang ke perkotaan. Ada yang menjadi penjual sayur dan bakso ke Jakarta. Ada juga yang berjualan di sekitar Soloraya. Mereka pulang setiap bulannya. Kehidupan kampungku teramatlah sederhana. Jarang ditemukan rumah yang teramat bagus. Biasa-biasa aja. Rerata rumah dibuat dari kayu. Sangat sedikit rumah yang dibuat dari bebatuan. Kehidupan religius sangat kentara di keseharian. Masjid hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahku. Madrah Ibtidaiyah (MI, setingkat SD) hanya berjarak 10 cm dari rumahku. Kok bisa? Karena temboknya menjadi satu dengan tembok rumahku. Hahahaha... Namun, Anda jangan mengira bahwa orang kampungku tergolong miskin. Banyak sekali orang kampungku yang kaya-raya. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa mereka tergolong kaya? Apa yang membuktikan bahwa mereka kaya? Dari mana kekayaan itu diperoleh? Mari kita mengintip kekayaan orang kampung. Sumber Kekayaan 1: Ternak Sapi Orang kampungku gemar beternak sapi. Rerata satu rumah mempunyai 3-5 ekor sapi. Jika satu ekor sapi seharga Rp 5 juta, berarti tuan rumah mempunyai Rp 15-25 juta. Maka, tak heran jika mereka bisa membayar tanah, rumah, atau naik haji secara kontan. Bayangkan jika mereka mempunyai lebih dari 10 ekor sapi. Itu baru sapi! Sumber Kekayaan 2: Menanam Kencur Tahu kencur? Itu sejenis ubi-ubian yang digunakan sebagai obat atau jamu. Satu kilo kencur senilai rerata Rp 5000-10.000/ kg. Bayangkan jika petani di kampungku mempunyai lahan kencur seluas sekitar 1 hektar. Maka, tak heran kemarin ada tetanggaku yang meraup keuntungan lebih dari Rp 100 juta. Sumber Kekayaan 3: Menanam Jati Anda pasti kenal dan mungkin menggunakan kayu jati. Jenis kayu yang bernilai ekonomi tinggi. Kayu jati sering digunakan untuk membuat rumah. Selain itu, kayu jati juga menjadi bahan baku untuk membuat furniture atau mebel. Daerahku terkenal sebagai penghasil mebel dan konveksi. Jika satu pohon jati senilai Rp 2-5 juta/ pohon, silakan Anda hitung jika ada seorang warga yang mempunyai pohon jati lebih dari 100 batang. Bahkan, saya mempunyai sekitar 750 pohon jati. Sumber Kekayaan 4: Investasi Tanah Begitu musim panen tiba, banyak warga kampungku membeli tanah. Model pembelian tanah di kampungku masih tradisional. Tanah dibeli wujud, bukan ukuran. Belum lama, tanah selatan rumahku dibeli Rp 125 juta. Semalam, tanah itu akan dibeli orang dengan harga Rp 350 juta! Tanahku yang di pinggir jalan raya sudah ditawar lebih dari Rp 100 juta sedangkan saya membelinya dahulu hanya Rp 30 juta. Sumber Kekayaan 5: Hidup Sederhana Rumah biasa. Penampilan biasa. Motor dan mobil pun biasa. Namun, Anda jangan menyepelekan kekayaannya. Di balik kesederhanaannya, mereka menyimpan kekayaan yang luar biasa banyaknya. Orang-orang kampungku memang sangat sederhana dalam urusan dunia. Jarang orang kampungku berpenampilan bagus. Malahan mereka terkesan kumal. Tahun ini, ada 12 orang akan naik haji. Ingat, hanya satu kampung! Jika biaya yang harus dikeluarkan sekitar Rp 40 juta/ orang, berarti mereka mempunyai uang Rp 480 juta. Fantastic...!!! Maka, jangan heran jika Anda akan melihat rumah reot tetapi pemiliknya sudah naik haji. Hehehehe....
Selamat Pagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H