[caption id="attachment_187726" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Kompasiana (shutterstock)"][/caption]
Ketika sebuah keinginan akan dicapai, tentunya kita akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Jika semua dilandasi rasa cinta, tentu pengorbanan adalah hal biasa. Tidak ada kesuksesan datang begitu saja. Semua mesti melalui proses. Kadang proses itu berlangsung dalam rentang waktu pendek. Namun, sering pula proses itu berlangsung cukup lama, bahkan bertahun-tahun. Ketika keinginan itu tergapai, semua rasa capek dan segala pengorbanan itu terbayar lunas. Betapa bahagianya jika keinginan itu terwujud.
Sedemikian halnya dengan keinginan untuk menjadi penulis buku. Banyak rintangan akan menjadi penghalang. Rintangan dan atau penghalang itu dapat berasal dari internal maupun eksternal. Hambatan dari internal berarti hambatan itu berasal dari calon penulis buku, sedangkan hambatan eksternal berasal dari luar calon penulis buku. Maka, saya mencatat lima penyebab kegagalan (calon) penulis buku untuk mewujudkan keinginannya menjadi penulis buku.
Malas Membaca
Seorang penulis buku mesti memiliki hobi membaca buku. Mengapa? Karena buku adalah sumber inspirasi baginya. Dengan membaca buku, kita akan mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan buku itu dapat digunakan sebagai acuan pengembangan ide, sedangkan kelemahan menjadi daya tarik bagi calon penulis untuk mereformulasikan kekurangan buku yang dibacanya tersebut. Jadi, hendaknya calon penulis buku gemar membaca buku, khususnya jenis buku yang akan dikembangkannya.
Miskin Konsistensi
Semangat menulis buku harus digelorakan setiap saat. Hendaknya penulis buku tidak kendoratau melemah semangatnya. Meskipun banyak godaan menari-nari di depan mata, penulis buku mesti berusaha menghindarkan diri dari bayang-bayang itu. Penulis buku harus menjaga konsistensi sikap seraya terus dan terus menulis. Baginya, menulis adalah sebuah rutinitas tanpa paksaan karena ia dapat menikmati rutinitas itu.
Tidak Kreatif
Penulis buku mesti berusaha memberikan variasi tulisan. Oleh karena itu, penulis buku harus memiliki kekayaan kosakata, ide, dan olah bahasa. Rerata penulis buku sering terjebak padamonostyle bahasa. Tentu itu akan menyebabkan kejenuhan dan karyanya kurang bernilai. Lalu, bagaimanakah kreativitas itu dimiliki calon penulis buku? Tentu tak lain dengan membaca buku-buku sejenis. Dengan mencari buku pembanding, calon penulis buku akan mendapatkan banyak masukan.
Kebal Kritik
Kritik itu merupakan wujud sebuah kasih sayang rekan kepada kita. Oleh karena itu, hendaknya penulis buku memiliki sikap legawa alias lapang dada. Penulis buku tidak boleh mudah marah jika dikritik. Ia akan menerima setiap kritikan dengan ucapan terima kasih. Maka, hendaknya calon penulis buku justru meminta kritikan sebanyak-banyaknya dari banyak kawan. Semakin banyak kritikan tentu itu akan melahirkan tulisan yang makin berkualitas.